Jadikan Konspirasi Pilpres AS sebagai Konten, 9 Saluran YouTube Raup Keuntungan Lebih dari Iklan

6 November 2020, 13:58 WIB
Ilustrasi YouTube. /Unsplash

PR DEPOK - Tercatat sembilan kanal YouTube populer yang berpromosi pada Kamis kemarin yang menyangkal tuduhan tentang kecurangan dalam Pilpres Amerika Serikat (AS).

Konten konspirasi yang mereka buat diketahui dapat membahayakan iklan dan pendapatan keanggotaan yang mereka peroleh dari layanan video tersebut.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Reuters, kanal tersebut memiliki pengikut mulai dari 1.000 lebih dari hingga lebih dari 629.000.

Baca Juga: Sediakan Kuota hingga 1 Juta, CPNS TA 2021 Akan Dimulai Maret dengan Bidang Prioritas Berikut

Sembilan kanal itu mendukung klaim yang menyebut bahwa unit pemeriksa fakta dari Associated Press, Reuters, dan organisasi lain dianggap salah atau tidak akurat.

YouTube, yang dimiliki oleh Google GOOGL.O dari Alphabet Inc., memiliki aturan yang melarang saluran untuk menghasilkan pendapatan dengan membuat "klaim yang terbukti salah dan dapat secara signifikan merusak partisipasi atau kepercayaan dalam proses pemilihan atau demokrasi".

Google mengatakan, saat ini sedang meninjau video dari sembilan kanal tersebut dan dapat menangguhkan iklan serta penjualan keanggotaan, hukuman yang umumnya dikenal sebagai demonetisasi, jika ditemukan pelanggaran.

Baca Juga: Perolehan Suara Joe Biden Unggul dalam Pilpres AS, Desa Leluhur Kamala Harris di India Buat Perayaan

Sementara itu hingga kini, penghitungan suara Pilpres AS masih berlangsung di beberapa negara bagian yang hasilnya akan menentukan pertarungan sengit antara Donald Trump dan calon dari Partai Demokrat, Joe Biden.

Di sisi lain, Donald Trump telah membuat tuduhan yang tidak berdasar tentang partai Demokrat yang diklaim mencuri pemilihan atau berlaku curang.

Bersamaan dengan itu, pendukung Donald Trump juga berdemonstrasi di balik kesalahan informasi di media sosial dan dalam protes di luar situs penghitungan suara.

Baca Juga: Turut Berkomentar Soal Pilpres AS 2020, Menlu Jerman Desak Donald Trump dan Joe Biden Tahan Diri

Google, Facebook Inc FB.O dan Twitter Inc TWTR.N dan lainnya telah berjuang untuk mencegah kesalahan informasi karena jutaan pos tiba setiap hari.

Peneliti yang telah melacak informasi yang salah mengatakan, bahwa informasi yang salah itu dibuat oleh pembuat konten yang melihat peluang untuk mendapatkan keuntungan darinya.

Sekarang, beberapa pengiklan YouTube menghindari mensponsori konten politik.

Baca Juga: KPK Fasilitasi Pertemuan Angkasa Pura dengan Pemkot dan Pemkab Tangerang Soal Pemanfaatan Aset Tanah

Tetapi fitur keanggotaan, di mana penggemar membayar beberapa dolar setiap bulan untuk konten eksklusif dan barang dagangan promosi, telah membantu mengimbangi penjualan iklan yang hilang.

Salah satu kanal yang ditemui Reuters melakukan tindakan tersebut yakni John Talks yang membagikan dua video pada Kamis tentang dugaan penipuan pemilih di Michigan.

Michigan adalah negara bagian medan pertempuran utama dalam pemilihan yang dimenangkan Joe Biden.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kabar Prancis Memboikot Mobil Buatan Indonesia Yakni Esemka, Simak Faktanya

Video tersebut berhasil disaksikan lebih dari 90.000 kali hanya dalam 8 jam.

Dalam video John Talks, klaim yang dikutip yakni menuding bahwa gerobak, koper, dan pendingin digunakan untuk menyelundupkan surat suara ke pusat penghitungan.

Setidaknya tiga kantor berita menyelidiki klaim tersebut dan membuktikan bahwa barang-barang tersebut membawa makanan untuk petugas pemilu dan peralatan kamera untuk stasiun TV lokal.

Baca Juga: Siap Kembali ke Indonesia, Sejumlah Agenda Habib Rizieq Terancam Alami Kendala

Kelompok pengawas Media Matters for America mengatakan dalam sebuah laporan bahwa video yang membuat klaim meragukan pasca pemilu telah mengumpulkan lebih dari 1 juta tampilan secara kolektif.

Kebijakan YouTube tentang informasi pemilu yang terbukti salah menarik perhatian pada hari Rabu ketika CNBC melaporkan bahwa One American News Network menghasilkan pendapatan iklan dari video YouTube-nya yang menyatakan Donald Trump sebagai pemenang.

Menanggapi hal itu, YouTube mengatakan tidak akan menghapus video tersebut, tetapi berhenti menjalankan iklan di dalamnya.

Baca Juga: Jagokan Joe Biden Menangkan Pilpres AS 2020, Bandar Australia Rela Bayar Rp235 Miliar Demi Taruhan

Diketahui, pembicaraan Donald Trump tentang penipuan telah menciptakan peluang bagi para pengkritiknya juga.

Beberapa saluran YouTube populer, yang menjalankan iklan dan menjual keanggotaan, telah menghasilkan ratusan ribu penayangan di video yang membantah klaim pendukung Donald Trump tentang penipuan pemilih.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler