Izinkan Turis yang Pernah Terkena Covid-19 Masuk ke Wilayahnya Tanpa Tes, Negara Ini Tuai Polemik

- 2 Desember 2020, 14:15 WIB
Ilustrasi Islandia/Pixabay
Ilustrasi Islandia/Pixabay /

PR DEPOK - Pandemi Covid-19 masih merebak di berbagai negara.

Namun, beberapa negara perlahan mulai kembali membuka perbatasannya untuk kunjungan pariwisata.

Salah satunya yakni negara Islandia, bahkan negara tersebut memperbolehkan orang yang pernah terjangkit Covid-19 untuk masuk ke negaranya tanpa perlu melakukan tes.

Baca Juga: Beri Perlindungan di Kediaman Ibunda Mahfud MD, Ketum GP Ansor Turunkan Anggota Banser

Islandia termasuk negara pertama yang kembali membuka perbatasannya untuk pengunjung pada bulan Juni.

Islandia pun awalnya memberlakukan tes Covid-19 dan yang boleh masuk hanya pemilik hasil negatif.

Setelah masuk pada fase 2 di bulan Agustus, Islandia kemudian membuat peraturan baru yakni wisatawan bisa memilih untuk karantina selama 14 hari untuk pemilik hasil tes positif atau mengikuti tes saat kedatangan, karantina selama lima hari lalu tes lagi.

Baca Juga: Kesenjangan Capaian Belajar, Kemendikbud Sebut PJJ Beri Dampak Negatif pada Siswa

Namun, mulai 10 Desember 2020 setiap pelancong yang tiba dari Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) dapat menunjukkan dokumen bahwa mereka pernah terinfeksi Covid-19 dan telah pulih dapat melewati tes pada saat kedatangan dan bebas dari karantina.

Hal ini tentu saja mendapat penolakan dari para ahli, terlebih banyak yang percaya jika pernah terkena virus corona maka tubuh akan langsung melawannya karena sudah memiliki antibodi sehingga tidak akan terpapar untuk kedua kalinya.

Padahal menurut ahli, berapa lama kekebalan tubuh ini dapat bertahan belum bisa dibuktikan.

Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka, Praktisi Pendidikan Imbau Pemda dan Sekolah Selalu Libatkan Orang Tua Siswa

"Tanpa data konklusif tentang risiko infeksi ulang, Islandia seharusnya tidak mengandalkan infeksi sebelumnya yang memberikan kekebalan," kata Dr Danielle seperti dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari ANTARA.

Dr Danielle C Ompad, dekan di NYU School of Global Public Health, menyampaikan hal tersebut dikutip Insider Rabu, 2 Desember 2020.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Dr. William Schaffner, profesor penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt.

Baca Juga: Tanggapi Kabar Anies Baswedan Positif Covid-19, dr. Tirta: Ini Red Alert! Kopet Udah Ada di Ring 1!

Menurut Dr. Schaffner hingga saat ini belum bisa dipastikan seberapa lama sistem kekebalan tubuh dapat melawan infeksi Covid-19.

"Kami benar-benar tidak tahu pasti berapa lama antibodi dapat melakukan perlindungan ulang terhadap infeksi, berapa lama dia akan bertahan setelah Anda pulih dari virus. Bahkan pengujian yang dibuat untuk menentukan kekebalan itu masih baru dan mungkin tidak sepenuhnya akurat," tutur Dr. Schaffner.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah