Usai Hadapi Gelombang Pertama Covid-19, Tingkat Bunuh Diri di Jepang Melonjak hingga 16 Persen

- 16 Januari 2021, 20:48 WIB
Ilustrasi bunuh diri.
Ilustrasi bunuh diri. /Pixabay/kalhh.

PR DEPOK - Setelah hadapi pandemi Covid-19 gelombang pertama, tingkat bunuh diri di Jepang kini telah melonjak hingga 16 persen pada gelombang kedua pandemi, terutama pada kalangan wanita dan anak-anak.

Berdasarkan sebuah survei, sebelumnya tingkat bunuh diri di Jepang sempat turun pada pandemi gelonbang pertama sejalan dengan adanya bantuan dari pemerintah.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Hong Kong dan Institut Gerontologi Tokyo Metropokitan, tingkat bunuh diri pada Juli-Oktober naik 16 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Sarankan Raditya Dika Jadi Influencer Vaksin, Deddy: Ketenaran Penting, Tapi Kepercayaan?

Kemudian, pembalikan tajam dari penurunan Februari-Juni sebesar 14 persen.

"Tidak seperti saat kondisi ekonomi normal, pandemi ini secara tak proporsional telah mempengaruhi kesehatan psikologis anak-anak, remaja dan wanita (terutama ibu rumah tangga)," kata seorang peneliti dalam penelitian yang diterbitkan pada Jumat, 15 Januari 2021 di Jurnal Nature Human Behavior.

Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters, Sabtu 16 Januari 2021, dalam studi tersebut dikatakan penurunan awal angka bunuh diri dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Baca Juga: Publik Bandingkan Kasus Raffi Ahmad-Ahok dengan HRS, Ruhut: Anies Baswedan Juga Diproses Hukum Dong!

Faktor-faktor yang dimaksud itu seperti subsidi dari pemerintah, berkurangnya jam kerja dan penutupan sekolah.

Namun penurunan tersebut berbalik (dengan tingkat bunuh diri yang melonjak 37 persen pada wanita, sekitar lima kali lipat dibanding pria) karena pandemi berkepanjangan menganggu industri di mana wanita mendominasi, meningkatkan beban pada ibu yang bekerja.

Sedangkan menurut laporan tersebut, tingkat kekerasan dalam rumah tangga juga meningkat.

Baca Juga: Guru Besar USU 'Hina' SBY dan AHY, Refly Harun: Serang Pendapatnya, Bukan Orangnya

Berdasarkan data dari kementerian kesehatan dari November 2016 hingga Oktober 2020, studi menemukan angka bunuh diri pada anak yang melonjak 49 persen pada gelombang kedua, sesuai dengan periode usai penutupan sekolah secara nasional dilakukan.

Perdana Menteri Yoshihide Suga pada bulan ini mengeluarkan kebijakan keadaan darurat Covid-19 untuk Tokyo dan tiga prefektur sekitarnya.

Kebijakan tersebut merupakan upaya untuk membendung angka kasus Covid-19.

Dia mengembangkan kebijakan itu pada ketujuh prefektur dalam minggu ini, termasuk Osaka dan Kyoto.

Baca Juga: Bela Pengacara HRS yang Kutip Ayat Suci, Neno Warisman: Mohon Hargai, Hukum Formal Asalnya dari Situ

Taro Kono selaku menteri reformasi administrasi dan peraturan mengatakan pada Reuters, sementara ini pemerintah akan mempertimbangkan untuk memperpanjang kebijakan keadaan darurat.

"Banyak orang khawatir dengan Covid-19, tapi banyak pula yang bunuh diri karena kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan, dan tidak bisa melihat harapan. Kami perlu mencapai keseimbangan antara mengelola Covid-19 dan mengelola ekonomi," kata Kono.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x