“Oleh karena itu, kita perlu mengubah konsep kota konvensional menjadi kota yang futuristik. Hari ini, sebagai Ketua Dewan Direksi NEOM, saya persembahkan kepada Anda The Line. Kota dengan sejuta penduduk dengan panjang 170 km yang melestarikan 95 persen alam di NEOM, dengan nol mobil, tanpa jalan, dan nol emisi karbon,” sambungnya.
Mobilitas memang menjadi fasilitas yang paling menonjol dari gagasan perkotaan futuristik The Line. Fasilitas mobilitas tersebut tidak lepas dari turut sistem tata kota itu sendiri.
Fasilitas layanan harian di The Line, dirancang dalam jarak hanya 5 menit berjalan kaki, dan perjalanan terpanjang dalam kota sepanjang 170 km tersebut, diperkirakan memakan waktu tidak lebih dari 20 menit.
Meski memiliki gagasan baik dan fasilitas yang canggih, namun The Line juga tidak lepas dari sejumlah kekurangan yang harus diatasi.
Misalnya, dengan sifat komunitas manusia yang cenderung untuk tumbuh dan berkembang ke luar, menjaga kawasan The Line tetap linier akan membutuhkan banyak regulasi, yang akan sangat sulit untuk diterapkan.
Baca Juga: Pendaftaran Sekolah Kedinasan Masih Dibuka Hingga 30 April, Simak! Ini Link Lengkapnya
Lalu ada masalah transportasi, yakni dengan teknologi saat ini yang tidak mampu memenuhi permintaan The Line.
Untuk mencapai salah satu ujung kota sepanjang 170 km dari ujung yang lain dalam 20 menit akan membutuhkan kecepatan 512 km per jam, yang jauh melampaui kecepatan tertinggi sistem kereta berkecepatan tinggi saat ini.
Tidak dapat disangkal bahwa The Line merupakan salah satu proyek infrastruktur paling menarik dan menakjubkan yang tidak sekadar menjadi khayalan belaka, namun turut direalisasikan.