Bentrokan Terjadi di Kompleks Masjid Al Aqsa, Kemlu RI Nilai Gencatan Senjata Palestina-Israel Masih Rapuh

- 22 Mei 2021, 17:48 WIB
Ilustrasi. Seorang warga Palestina meratapi salah satu gedung yang hancur dihantam rudal Israel.
Ilustrasi. Seorang warga Palestina meratapi salah satu gedung yang hancur dihantam rudal Israel. /REUTERS/Ashraf Abu Amrah.

PR DEPOK - Direktur Timur Tengah, Kementerian Luar Negeri RI, Bagus Hendraning Kobarsyih menilai gencatan senjata yang dilakukan Palestina dan Israel masih rapuh.

Meski rapuh, dia mengatakan bahwa gencatan senjata itu perlu disambut sebagai cara untuk membuka jalan masuk bantuan kemanusiaan.

“Memang masih rapuh gencatan senjata itu, tetapi tetap harus kita sambut sebagai salah satu cara untuk membuka jalan masuk bagi bantuan kemanusiaan,” kata Bagus Hendraning Kobarsyih dikutip Pikiranrakyat-Depok,com dari Antara pada Sabtu, 22 Mei 2021.

Baca Juga: Geram Al-Aqsa Kembali Diserang Usai Gencatan Senjata, Fadli Zon: Israel Memang Tak Bisa Dipercaya

Kerapuhan ini dilihat dari bentrokan kembali pecah antara Palestina dan Israel setelah salat di Masjid Al Aqsa pada Jumat, 21 Mei 2021.

Padahal, kesepakatan gencatan dilakukan keduanya pada hari yang sama pada pukul 2.00 waktu stempat.

Dari bentrokan ini luka-luka dialami sedikitnya 20 warga Palestina yang melakukan demonstrasi mendukung keberadaannya di jalur Gaza. Aksi ini dihadapi Israel dengan menembakkan granat kejut ke arah para demonstran.

Dari serangan Israel di Jalur Gaza sebelum gencatan senjata, diketahui sebanyak 232 warga Palestina tewas termasuk 65 anak-anak dan 39 perempuan.

Baca Juga: Israel Khianati Gencatan Senjata dengan Palestina, Fadli Zon: Negara Penjajah Memang Tak Bisa Dipercaya!

Selain itu 1.900 orang luka-luka dan sekitar 10.000 orang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya.

Jadi, menurut Bagus, mereka membutuhkan bantuan kemanusiaan.

“Bantuan kemanusiaan sangat diperlukan saat ini karena akses air, gas, listrik terputus. Jalan-jalan rusak, sekolah dan rumah sakit hancur --ini jadi satu keprihatinan tersendiri,” ucap Bagus.

Indonesia juga mendorong Palestina dan Israel kembali melakukan perundingan demi mewujudkan perdamaian yang abadi.

Sementara itu, seorang dosen di University College of Applied Science di Gaza, Abeer Z Barakat, juga berpendapat bahwa gencatan senjata yang dilakukan Hamas dan Israel cukup masih rapuh.

Baca Juga: Update Persebaran Covid-19 Depok, 22 Mei 2021: 48.877 Positif, 46.913 Sembuh, 940 Meninggal Dunia

Pasalnya, pada hari pertama pelaksaan genatan senjata, Israel yang 'membidik' jemaah di Masjid Al Aqsa.

“Kami tahu bahwa gencatan senjata ini rapuh. Pada hari pertama pelaksanaan gencatan senjata, pasukan pendudukan Israel kembali menargetkan jamaah di Masjid Al Aqsa,” tuturnya.

Menurutnya, warga Palestina tidak lagi percaya kepada Israel lantaran negara ini tidak mematuhi perjanjian internasional, resolusi PBB, dan berbagai kesepakatan yg dilakukannya dengan Palestina.

Dengan demikian, Abeer mengatakan bahwa warga Palestina tahu setiap saat Israel pasti kembali melakukan pengeboman di Gaza.

Baca Juga: Bursa Transfer Pemain: Jadi Tandem Messi, Sergio Aguero Dapat Kontrak Dua Tahun di Barcelona

“Kami (Palestina) sama sekali tidak aman. Kami tidak tahu kapan perang berikutnya akan datang,” ujar aktivis Palestina itu dalam diskusi virtual pada Sabtu 22 Mei 2021.

Sebelumnya, Pengamat Timur Tengah dan Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran (Unpad) Dina Y. Sulaeman menyatakan Indonesia harus membantu Palestina memperoleh kemerdekaannya.

"Masalah yang dihadapi oleh warga Palestina adalah penjajahan dan Bangsa Indonesia harus membantu Palestina untuk meraih kemerdekaannya," katanya.

Menurutnya, gencatan senjata antara Palestina dan Israel yang berlangsung sekarang hanya solusi sementara atas konflik keduanya.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pertama yang Dilihat Ungkap Hal Menarik dalam Diri Anda

Persoalan utama dari hal ini, lanjutnya, adalah penjajahan yang dilakukan Israel kepada Palestina.

"Akar masalahnya bukan pada agama, tetapi pada penjajahan-pemukim berupa pengusiran warga Palestina dari rumahnya," ujarnya.***

Editor: Yunita Amelia Rahma

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x