Meski Bersitegang, Inggris Siap Ikuti Langkah Rusia-China Terapkan Pengaruh Moderat ke Taliban

- 22 Agustus 2021, 10:30 WIB
Menlu Inggris Dominic Raab.
Menlu Inggris Dominic Raab. /REUTERS/Hannah McKay.

Jumlah tersebut termasuk staf kedutaan, warga negara Inggris dan mereka yang memenuhi syarat di bawah program Kebijakan Relokasi dan Bantuan Afghanistan (ARAP).

Di lain sisi, Inggris dan China baru-baru ini berselisih atas berbagai masalah, termasuk Hong Kong dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok etnis Uyghur China.

Hubungan antara London dan Moskow juga telah membeku sejak insiden keracunan 2018 dengan agen saraf yang dikembangkan Soviet dan dikenal sebagai Novichok dari mantan agen ganda Sergei Skripal.

Untuk diketahui, Sergei Skripal adalah seorang agen yang mengkhianati ratusan agen Rusia ke layanan mata-mata asing MI6 Inggris.

Baca Juga: Eks Koruptor Dipilih Jadi Penyuluh Anti Korupsi, Bambang Widjojanto: Apa Kita Sedang Ditinggikan Kedunguannya?

Hubungan antara Inggris dan Rusia semakin memburuk setelah seorang jurnalis BBC yang bekerja di Moskow diperintahkan untuk meninggalkan negara itu.

Sementara itu, mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan bahwa "pengabaian" Afghanistan adalah "tragis, berbahaya, tidak perlu, bukan demi kepentingan mereka dan bukan kepentingan kita."

Mantan perdana menteri, yang mengirim pasukan Inggris ke Afghanistan pada tahun 2001, mengatakan keputusan untuk mundur didorong bukan sebab strategi tetapi oleh politik.

Blair menambahkan bahwa Inggris memiliki refleksi serius untuk dilakukan setelah apa yang dia sebut sebagai "tanpa konsultasi" oleh AS dalam keputusan untuk menarik diri dari Afghanistan.

Baca Juga: Kapan Gelombang 19 Kartu Prakerja Dimulai? Berikut ini Bocoran Estimasi Jadwalnya

Halaman:

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah