Ke PBB, Macron Sebut Prancis dan Inggris Bakal Usulkan Zona Aman di Kabul

- 29 Agustus 2021, 13:39 WIB
Presiden Emmanuel Macron mengatakan Prancis dan Inggris akan mengusulkan zona aman di Kabul, Afghanistan buntut dampak Taliban dan ISIS-K.
Presiden Emmanuel Macron mengatakan Prancis dan Inggris akan mengusulkan zona aman di Kabul, Afghanistan buntut dampak Taliban dan ISIS-K. /REUTERS/Pascal Rossignol./

PR DEPOK - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa negaranya bersama Inggris akan mengusulkan zona aman di Kabul, Afghanistan.

Direncanakan, zona aman itu sebagai upaya membantu dan melindungi orang-orang yang mencoba melarikan diri dari Afghanistan di tengah kekacauan menyusul pengambilalihan Taliban.

"Proposal resolusi kami bertujuan untuk menentukan zona aman di Kabul, di bawah kendali PBB, yang akan memungkinkan operasi kemanusiaan berlanjut," kata Macron, sebagiaman dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Hill pada Minggu, 29 Agustus 2021.

Baca Juga: Sebut Jokowi 3 Periode Harga Mati, Arief Poyuono: Indonesia Sangat Butuh Jokowi untuk Selamatkan Pandemi

Untuk diketahui, pertemuan darurat Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) akan diadakan pada Senin, 30 Agustus 2021 besok, di mana kedua negara berencana untuk menyerahkan resolusi mereka.

Menurut laporan itu, duta besar PBB dari Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, dan Inggris kabarnya akan menghadiri pertemuan yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Prancis dan Inggris sama-sama mengakhiri operasi evakuasi mereka di Afghanistan, yang mana penerbangan terakhir dari Inggris berangkat pada Sabtu, 28 Agustus 2021 kemarin.

Baca Juga: Pasukan HRS Siap Bela Yahya Waloni, Ferdinand: Bela Rizieq Aja Gak Mampu Tapi Sudah Sesumbar Mau Bela Waloni

Negara-negara di seluruh dunia telah sepakat untuk meningkatkan dan membantu warga Afghanistan yang mati-matian berusaha melarikan diri di tengah pemerintahan baru Taliban.

Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa, mentweet pada Selasa pekan lalu bahwa para pemimpin negara-negara G7 telah membahas berbagai cara untuk membantu warga Afghanistan.

"Kami para pemimpin G7 semuanya setuju bahwa itu adalah tugas moral kami untuk membantu rakyat Afghanistan dan memberikan dukungan sebanyak mungkin," kata Presiden Komisi Eropa.

Baca Juga: Adik Benny Tjokro Jadi Tersangka Baru Kasus Asabri, Herman: Kenapa yang Rampok Uang Negara Ini Lagi Orangnya?

"Kami membahas evakuasi, bantuan kemanusiaan segera, bantuan pembangunan jangka panjang, dan skenario untuk pengungsi yang membutuhkan perlindungan," tuturnya menambahkan.

Sejalan dengan itu, negara-negara seperti Uganda dan Uni Emirat Arab (UEA) telah sepakat untuk menampung pengungsi sementara atas permintaan Amerika Serikat.

Sementara itu, Amerika Serikat akan menyelesaikan penarikan sendiri semua pasukan Amerika dengan tenggat waktu yang ditentukan sendiri pada Selasa, 31 Agustus 2021 mendatang.

Baca Juga: Prabowo Kini Puji dan Banggakan Jokowi, Refrizal: Apakah Masih Ingat HRS dan Masyarakat yang Mendukungmu?

Sekitar 117.500 orang, termasuk warga Amerika Serikat dan Afghanistan, telah dievakuasi oleh Washington sejak akhir Juli. Hampir 7.000 orang meninggalkan Kabul pada medio Jumat dan Sabtu kemarin.

Namun, proses penarikan dan evakuasi telah terperosok oleh kekacauan di negara itu setelah Taliban menyerbu pemerintah Afghanistan. Mereka mengkonsolidasikan kekuatan di Afghanistan awal bulan ini, merebut Kabul pada 15 Agustus.

Pengambilalihan itu telah membuat kawasan itu tidak stabil, dan ribuan orang mengerumuni bandara internasional Kabul dalam upaya untuk melarikan diri dari negara itu.

Baca Juga: Intelijen AS 'Angkat Tangan', Akui Hanya China yang Dapat Pecahkan Soal Asal Usul Covid-19

Upaya evakuasi semakin dikritik oleh anggota parlemen, beberapa di antaranya telah menyatakan bahwa batas waktu 31 Agustus harus diperpanjang.

Kemudian pada Kamis, 26 Agustus, seorang pembom bunuh diri diyakini berafiliasi dengan ISIS-K meledakkan bahan peledak, menewaskan 13 anggota layanan Amerika Serikat dan puluhan warga Afghanistan.

Setelah serangan itu, Presiden Biden bersumpah untuk menyerang balik ISIS-K, dan serangan terhadap kelompok itu diumumkan oleh Komando Pusat AS sehari setelah insiden terjadi.

Baca Juga: Segera Cek Daftar Penerima BPUM 2021 Pakai KTP di Eform BRI Serta Reservasi Online agar Dapat Rp1,2 Juta

“Saya mengarahkan mereka untuk mengambil setiap tindakan yang mungkin untuk memprioritaskan perlindungan, dan pastikan bahwa mereka memiliki semua otoritas, sumber daya, dan rencana untuk melindungi pria dan wanita kami di lapangan," ujar Presiden Joe Biden.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: The Hill


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah