PR DEPOK - Runtuhnya pemerintah Afghanistan meninggalkan kekosongan administrasi yang telah menyebabkan kekhawatiran krisis ekonomi dan kelaparan yang meluas.
Harga komoditas seperti tepung, minyak, dan beras naik dengan cepat dan mata uang jatuh, dengan penukaran uang di seberang perbatasan di Pakistan sudah menolak untuk menerima afghani atau mata uang Afghanistan.
Sebelumnya, pejabat Taliban memerintahkan bank untuk membuka kembali dan memberlakukan batas penarikan Rp2,88 juta atau 20.000 afghani.
Sebagiamana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters pada Senin, 30 Agustus 2021, antrean panjang terjadi di beberapa cabang bank karena orang-orang mencoba mengambil uang mereka.
Sementara juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kesulitan akan mereda dengan cepat setelah pemerintahan baru berdiri dan berjalan.
Tetapi, dengan ekonominya yang hancur oleh perang selama beberapa dekade, Afghanistan sekarang menghadapi akhir dari miliaran dolar dalam bentuk bantuan asing yang dicurahkan oleh Barat.
Baca Juga: MAKI Berencana Laporkan Wakil Ketua KPK ke Bareskrim Polri Terkait Dugaan Pelanggaran Kode Etik
Mujahid mengatakan Taliban akan mengumumkan kabinet penuh dalam beberapa hari mendatang. Ia telah menunjuk gubernur dan kepala polisi di semua provinsi kecuali satu dari 34 provinsi Afghanistan.