Bahas Nasib Perdamaian di Timur Tengah, Presiden Mesir Undang Raja Yordania dan Presiden Otoritas Palestina

- 3 September 2021, 16:34 WIB
Presiden Mesir Abdel Fatteh el-Sisi mengadakan pembicaraan di Kairo dengan Raja Abdullah II dari Yordania dan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas.
Presiden Mesir Abdel Fatteh el-Sisi mengadakan pembicaraan di Kairo dengan Raja Abdullah II dari Yordania dan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas. /Palestinian President Office (PPO) via REUTERS./

PR DEPOK - Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi telah mengadakan pembicaraan di Kairo dengan Raja Abdullah II dari Yordania dan Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas.

Pertemuan itu bertujuan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Timur Tengah dan memperkuat gencatan senjata yang menghentikan eskalasi terbaru dalam kekerasan antara Israel dan Hamas.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera, Jumat 3 September 2021, ketiganya dikabarkan membahas solusi dua negara yang sulit dipahami pada konflik Israel-Palestina.

Baca Juga: China Siap Jalin Kerja Sama dengan Taliban, Jubir Taliban: Mereka akan Membantu Kami Menembus Pasar Dunia

Ketiga pemimpin berjanji bekerja sama untuk memperbaiki visi untuk mengaktifkan upaya yang bertujuan untuk melanjutkan negosiasi.

Selain itu, ketiga negara juga akan bekerja sebagai saudara dan mitra untuk menghidupkan kembali proses perdamaian, kata pernyataan itu.

Ketiga pemimpin itu mengatakan Palestina memiliki hak untuk sebuah negara merdeka, dengan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya.

Walaupun hingga kini, Israel dengan tegas menentang rencana semacam itu dan mengklaim Yerusalem sebagai ibu kotanya.

Baca Juga: Prilly Latuconsina Ceritakan Kejamnya Dunia Entertainment, Akui Sulit Bedakan Orang Baik dengan yang Tak Tulus

Dalam sebuah pidato di pembicaraan Kairo, Abbas mengatakan bahwa meskipun eskalasi pelanggaran Israel telah membuat solusi dua negara yang sejalan dengan hukum internasional tidak dapat dicapai, PA berkomitmen untuk metode damai.

“Kami memperbarui kesiapan untuk bekerja pada tahap ini guna mempersiapkan kondisi dengan penerapan langkah-langkah membangun kepercayaan yang mencakup mencapai ketenangan komprehensif di tanah Palestina,” katanya.

Hubungan Palestina-Israel tetap tegang, meskipun pemerintah koalisi baru Israel telah mencakup sebuah partai yang dipimpin oleh warga Palestina Israel untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Dampingi Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah USG Kehamilan, Krisdayanti Ungkap Kondisi Calon Cucunya

Hamas, kelompok Palestina yang menguasai Jalur Gaza yang terkepung, menanggapi ketegangan selama berminggu-minggu di Yerusalem Timur yang dianeksasi dengan menembakkan roket ke arah kota itu, yang memicu serangan Israel di Gaza.

Setidaknya 260 warga Palestina tewas selama konflik, termasuk 67 anak-anak dan 39 wanita, menurut kementerian kesehatan Gaza.

Hamas telah mengakui kematian 80 pejuang. Dua belas warga sipil, termasuk dua anak-anak, tewas di Israel, bersama dengan satu tentara.

Baca Juga: Cara Daftar BLT Anak Sekolah 2021, Penuhi 3 Syarat agar Siswa SD, SMP, SMA Dapatkan Bantuan Rp4,4 Juta

Untuk diketahui, Mesir, yang telah memainkan peran mediasi kunci antara Israel dan Hamas selama bertahun-tahun, memediasi gencatan senjata kedua negara berkonflik itu.

Dalam beberapa pekan terakhir, para pemangku kepentingan telah meningkatkan upaya diplomatik mereka yang bertujuan untuk mencegah serangan militer lain di wilayah tersebut.

Kantor Perdana Menteri Israel Naftali Bennett baru-baru ini juga mengatakan bahwa dirinya akan mengunjungi Mesir segera guna mengadakan pembicaraan dengan el-Sisi.

Bulan lalu, kepala intelijen Mesir Abbas Kamel melakukan kunjungan langka ke Israel untuk membahas kondisi untuk kesepakatan gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas.

Baca Juga: Pengadaan Multivitamin Dibatalkan, Susi ke DPR: Bisakah Dibagikan ke Masyarakat di Kampung Kumuh Jakarta?

Kamel juga telah melakukan perjalanan ke Tepi Barat untuk bertemu dengan Abbas, yang ingin didukung oleh AS dan Israel dalam persaingannya dengan Hamas.

Dalam pembicaraan Kamis kemarin, para pemimpin Mesir dan Yordania juga memperbarui dukungan mereka terhadap Abbas.

Sementara itu, el-Sisi menekankan bahwa pembentukan negara Palestina membutuhkan penyatuan semua faksi Palestina, tambah pernyataan itu.

Hamas telah memerintah Gaza sejak menggulingkan pasukan Abbas pada 2007, setahun setelah mengalahkan partainya Fatah dalam pemilihan parlemen Palestina.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x