Bukan Afghanistan, Intelijen AS Ungkap Negara-negara Pemberi Ancaman Teror Terbesar bagi Amerika

- 14 September 2021, 17:25 WIB
Ilustrasi - Intelijen AS mengklaim bukan Afghanistan negara yang memberi ancaman teroris terbesar, melainkan Yaman, Suriah, Irak, dan Somalia.
Ilustrasi - Intelijen AS mengklaim bukan Afghanistan negara yang memberi ancaman teroris terbesar, melainkan Yaman, Suriah, Irak, dan Somalia. /Pixabay/Ray_Shrewsberry.

PR DEPOK - Direktur Intelijen Nasional AS, Avril Haines mengklaim ancaman teror terbesar bagi negaranya muncul bukan dari Afghanistan, melainkan dari Yaman, Suriah, Irak, dan Somalia.

Ungkapan Direktur Intelijen AS, Avril Haines tersebut muncul selama Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Intelijen dan Keamanan Nasional tahunan di Washington pada Senin, 13 September 2021.

Dalam kesempatan KTT tersebut, Afghanistan tidak disebut sebagai ancaman berbahaya, meskipun pejabat intelijen AS terus mengawasi perkembangan yang terjadi di negara tersebut di bawah Taliban.

Baca Juga: Khawatirkan Nasib 6.000 Warga, Rocky Gerung: Silakan Gusur Rumah Saya, tapi Jangan Kampung di Bawahnya

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Sputnik News, Avril Haines mengakui selama acara tersebut bahwa ancaman teror yang lebih besar sebenarnya muncul di negara-negara seperti Somalia, Yaman, Suriah dan Irak.

"Dalam hal tanah air, ancaman sekarang dari kelompok teroris, kami tidak memprioritaskan Afghanistan di daftar teratas," kata Avril Haines kepada peserta acara KTT.

"Justru yang tengah kami soroti adalah Yaman, Somalia, Suriah, dan Irak untuk kelompok ISIS. Dan di situlah kami melihat ancaman terbesar," tuturnya menambahkan.

Baca Juga: Berkat Sengketa Tanah, Rocky Gerung Kini Miliki 37 Rumah Gratis: tapi Saya Sudah Biasa Tidur di Hutan

Sebelumnya saat keluar dari Kabul, sebanyak 13 tentara AS terbunuh oleh sebuah bom bunuh diri yang kemudian diklaim dilakukan oleh ISIS-K, sebuah kelompok cabang dari kelompok militan ISIS.

Avril Haines kemudian menindaklanjuti pernyataannya dengan menggarisbawahi bahwa badan-badan intelijen masih menempatkan "fokus besar" pada potensi kebangkitan kelompok teroris di Afghanistan.

"Pengumpulan intelijen kami berkurang di sana (Afghanistan). Itu adalah sesuatu yang harus kami persiapkan dan kami telah siap, sejujurnya, cukup lama," ucapnya.

Baca Juga: Rocky Gerung Gembira Rumahnya Mau Digusur, dalam 2 Hari Banjir Tawaran 19 Rumah, 4 Apartemen dan 1 Vila Besar

Kepala mata-mata AS itu turut mengakui bahwa penarikan pasukan dan pengambilalihan cepat oleh Taliban telah membuat operasi kontraterorisme agak lebih menantang.

Mengalihkan perhatian ke terorisme domestik juga, Haines lebih lanjut menunjukkan bahwa hal-hal seperti itu adalah "ancaman yang berkembang dan mengkhawatirkan" bagi para pejabat.

Komentar Haines muncul setelah pernyataan dari Jenderal AS Mark Milley yang baru-baru ini memperingatkan bahwa ada kemungkinan perang saudara di Afghanistan dapat mengarah pada bangkitnya Al Qaeda.

Baca Juga: Lord Adi Ngaku Ogah Bersahabat dengan Chef Juna: Dia tuh Coba Jadi Sahabat Saya, Cuma Nggak Cocok

Milley berspekulasi bahwa pertikaian semacam itu di wilayah yang saat ini dianggap rentan dapat membangkitkan sikap terorisme dalam 12, 24, atau 26 bulan ke depan.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Sputnik News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah