Laporan KCNA menambahkan para ilmuwan juga mengonfirmasi stabilitas sistem bahan bakar rudal yang diperkuat dan aktuator yang diperkenalkan untuk pertama kalinya.
Dalam laporan itu menyebutkan bahwa tes tersebut disaksikan oleh Pak Jong Chon, anggota Presidium Biro Politik dan sekretaris Partai Pekerja Korea (WPK).
Tes yang terbang ke arah timur ke Laut Jepang, terdeteksi oleh Jepang dan Korea Selatan. Namun, mereka memperkirakan "proyektil tak dikenal" itu kemungkinan adalah rudal balistik.
Akan sulit bagi mereka untuk membedakannya jika mereka tidak mencarinya. Secara teknis, semua rudal balistik adalah hipersonik, karena mereka harus bergerak lebih cepat dari Mach 5 untuk menghindari gravitasi bumi.
Namun, kendaraan luncur hipersonik tidak akan mengikuti lintasan balistik tradisional, yang agak mudah dideteksi dan diprediksi.
Sebaliknya, setelah mencapai kecepatan luar biasa berkat roket, kendaraan luncur akan terlepas setelah beberapa menit dan meluncur tanpa daya menuju sasarannya.
Kendaraan luncur hipersonik yang ada seperti yang dikembangkan oleh Rusia dan China, sangat bermanuver dan dimaksudkan untuk menghindari intersepsi.
Rudal hipersonik sangat sulit dideteksi dan ditembak jatuh, karena satelit pendeteksi rudal balistik yang ada mencari panas mesin roket dan kendaraan peluncur tidak memiliki mesin.