Perdana Menteri Pakistan Imran Khan: Cepat atau Lambat AS Harus Akui Taliban sebagai Penguasa Afghanistan

- 3 Oktober 2021, 15:20 WIB
Ilustrasi bendera Pakistan.
Ilustrasi bendera Pakistan. /Pixabay
 
PR DEPOK - Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan Pemerintah AS cepat atau lambat harus mengakui Taliban yang sekarang menguasai Afghanistan.
 
Dalam wawancara yang dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera pada Minggu, 3 Oktober 2021, Khan menyebutkan bahwa AS kini tengah dalam keadaan terkejut dan kebingungan pasca Taliban mengambil alih Afghanistan.
 
Khan juga menyatakan bahwa publik AS saat ini mencari kambing hitam dan “menargetkan secara tidak adil” Presiden AS, Joe Biden.
 
 
Para kritikus mengatakan pemerintah yang didukung Barat runtuh menyusul keputusan Joe Biden untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan.
 
Meskipun ada tekanan kuat, Biden tetap pada tenggat waktu 31 Agustus untuk menarik pasukan, mengakhiri perang terpanjang AS.
 
Untuk diketahui, penarikan pasukan AS adalah bagian dari perjanjian dengan Taliban yang ditandatangani di bawah mantan Presiden Donald Trump pada 2020. 
 
Perjanjian yang ditandatangani di ibu kota Qatar, Doha, juga meminta Taliban untuk tidak mengizinkan kelompok bersenjata seperti al-Qaeda menggunakan tanah Afghanistan dalam melakukan serangan terhadap AS dan sekutunya.
 
 
Namun pengambilalihan militer yang dramatis atas Afghanistan oleh Taliban telah mendorong AS dan lembaga keuangan internasional untuk memutuskan hubungan dengan negara itu.
 
Aset bank sentral Afghanistan senilai lebih dari Rp128,44 triliun dibekukan oleh AS yang memicu krisis likuiditas.
 
PM Pakistan itu menekankan bahwa jika AS tidak mencairkan cadangan Afghanistan, negara itu dapat menghadapi "situasi kacau", dan AS harus menemukan solusi.
 
Pakistan, yang bertetangga dengan Afghanistan, khawatir bahwa krisis ekonomi dan kemanusiaan akan berdampak pada hal itu. Pasalnya mereka sudah menampung hampir 3,5 juta pengungsi Afghanistan.
 
Islamabad dianggap memiliki hubungan dekat dengan Taliban, banyak yang kepemimpinannya tinggal di Pakistan selama 20 tahun perang melawan pendudukan AS. 
 
 
Ketika Khan ditanya apakah dia "pro-Taliban", dia menjawab bahwa dia adalah "solusi anti-militer" dan bahwa satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik di Afghanistan adalah melalui cara damai.
 
Khan melanjutkan dengan mengatakan bahwa Pakistan sendiri yang mengakui Taliban tidak akan “membuat banyak perbedaan” tetapi pengakuan bersama atas kekuatan regional dan tetangga akan menjadi solusi yang lebih baik.
 
Selama wawancara, Khan mengungkapkan bahwa pemerintahnya saat ini sedang dalam pembicaraan damai dengan beberapa kelompok di dalam Taliban Pakistan, yang dikenal dengan akronim TTP.
 
Ia lebih lanjut mengungkapkan bahwa pembicaraan sedang diadakan di Afghanistan dan jika rekonsiliasi tercapai, anggota organisasi akan "dimaafkan".
 
 
Selain itu, Khan juga mengungkapkan kekhawatiran tentang pelanggaran hak asasi manusia tidak boleh "selektif" di komunitas internasional dan bahwa penguncian Kashmir yang dikelola India oleh militer India juga harus ditangani.
 
Ia menunjukkan bahwa Afghanistan saat ini sedang melewati tahap sejarah dan bergerak menuju stabilitas setelah perang yang berlangsung empat dekade.
 
Menanggapi pertanyaan tentang hubungan antara Pakistan dan AS, Khan mengatakan kedua negara terus berhubungan satu sama lain.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah