Terbengkalai Sejak Tahun 2015 Akibat Konflik, Tumpahan Minyak Kapal Tanker di Yaman Ancam Nyawa Jutaan Orang

- 12 Oktober 2021, 10:00 WIB
Ilustrasi kapal tanker yang berada di Yaman.
Ilustrasi kapal tanker yang berada di Yaman. /Freiheitsjunkie/Pixabay

PR DEPOK - Tumpahan minyak kapal tanker yang ditambatkan di lepas pantai Yaman berpotensi mengganggu pasokan makanan dan air bagi jutaan orang di negara yang dilanda konflik itu.

Sebuah tim peneliti dari Universitas Stanford, Universitas Harvard, dan UC Berkeley merilis temuan model tentang dampak tumpahan minyak dari FSO Safer dalam sebuah makalah di jurnal Nature Sustainability.

Para peneliti menekankan tindakan mendesak diperlukan untuk menghentikan insiden itu yang akan memengaruhi warga Yaman, terlebih pelabuhan utama harus terpaksa ditutup yang nantinya memperburuk krisis kemanusiaan.

Baca Juga: Soroti Libur Maulid Nabi yang Digeser, dr Andi Khomeini: Gak Perlu Kecuali Ada Hal yang Memaksa

Sekitar 68 persen bantuan kemanusiaan ke Yaman masuk melalui pelabuhan Hodeidah dan Salif, yang terletak di dekat Safer yang dilanda bencana.

“Tumpahan dan dampak yang berpotensi menimbulkan bencana tetap sepenuhnya dapat dicegah melalui pembongkaran minyak,” kata studi tersebut, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera pada Selasa, 12 Oktober 2021.

Diketahui, FSO Safer terbengkalai sejak dimulainya konflik di Yaman pada tahun 2015 antara pemerintah transisi dan pemberontak Houthi Yaman.

Baca Juga: Insentif Kartu Prakerja Tidak Cair Sesuai Jadwal di Dashboard? Lakukan Hal Berikut untuk Mengatasinya

Kapal tanker minyak secara praktis ditinggalkan, namun di dalamnya mengandung 1,1 juta barel minyak, jumlah yang empat kali lipat jumlah tumpahan minyak yang paling merusak lingkungan di dunia bencana Exxon Valdez 1989.

Tumpahan minyak telah dicegah pada Mei 2020 ketika kebocoran di ruang mesin diperbaiki, tetapi kru Safer terus memompa air laut dan tumpahan dapat terjadi kapan saja karena kerusakan yang berkelanjutan.

Daerah Laut Merah yang akan terkena dampak tumpahan minyak juga merupakan rumah bagi beberapa pabrik desalinasi yang menyediakan air minum bersih bagi orang-orang, termasuk di Arab Saudi dan Eritrea.

Jauh dari pantai, para peneliti memodelkan potensi polusi udara menyebar setelah tumpahan.

Baca Juga: Penerbangan Internasional ke Bali Dibuka 14 Oktober 2021, Luhut: Bisa Masuk 18 Negara, Terkecuali Singapura

Mereka menemukan hal itu bisa mencapai bagian tengah dan utara Yaman, termasuk Ibu Kota Sanaa, meningkatkan risiko masalah kesehatan kardiovaskular dan pernapasan.

“Tumpahan itu pasti akan memperburuk bencana kemanusiaan di Yaman" 

“Dengan sembilan juta kehilangan akses ke air bersih dan tujuh juta kehilangan akses ke pasokan makanan," kata Benjamin Huynh, salah satu penulis makalah dan peneliti di Universitas Stanford.

Sementara itu, PBB telah meminta Houthi berkali-kali untuk mengizinkan para peneliti ahlinya naik ke kapal tersebut.

Baca Juga: Kebijakan Jokowi Soal Kereta Cepat Disebut Plin-plan, Said Didu Setuju: Masih Banyak yang Lain, seperti...

Houthi telah dituduh oleh lawan-lawan mereka karena menunda solusi untuk krisis Aman dalam upaya untuk mendapatkan keuntungan politik. Pemimpin Houthi juga meremehkan risiko tumpahan minyak di masa lalu.

Sementara itu, Houthi menyalahkan PBB atas gagalnya perundingan, dan menunjuk pada blokade parsial yang berkelanjutan terhadap pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Houthi oleh koalisi pimpinan Saudi yang berjuang untuk mendukung pemerintah Yaman sebagai penyebab utama krisis kemanusiaan di Yaman.

“Karena masalah ini telah banyak dipolitisasi, saya pikir potensi penderitaan jutaan orang diabaikan, atau dieksploitasi untuk mendorong agenda politik,” ujar Huynh.

Baca Juga: Legenda Chelsea Puji Mbappe, Didier Drogba: Dia Masih Dalam Proses Belajar

“Fakta bahwa Safer masih menjadi ancaman dan pihak-pihak dari kedua kubu tidak menganggap ini masalah serius,” tuturnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah