Negara-negara UE mewaspadai prospek gelombang pencari suaka Afghanistan yang mencoba memasuki blok tersebut, seperti yang terjadi pada 2015 dengan pengungsi yang melarikan diri dari perang di Suriah.
Menurut laporan, rakyat Afghanistan telah sepenuhnya bergantung pada bantuan internasional karena bantuan dari Barat telah dicabut pasca pengambilalihan Taliban pada dua bulan lalu.
Von der Leyen mengatakan negara-negara UE, terutama mereka yang berpartisipasi dalam misi NATO, memiliki tugas dan beban moral dalam membantu rakyat Afghanistan.
Rencananya, paket bantuan Rp16,35 triliun yang diumumkan akan meningkatkan pengeluaran untuk kesehatan di Afghanistan.
Sementara bagi negara-negara tetangga, bantuan itu akan membantu manajemen migrasi dan mempromosikan kerja sama dalam memerangi terorisme, kejahatan dan penyelundupan migran.
Konferensi Selasa kemarin datang ketika Taliban mengadakan pembicaraan tatap muka pertama mereka dengan delegasi gabungan UE-AS di Qatar.
Bantuan internasional telah diblokir ke Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa menyusul penarikan pasukan AS dan internasional lainnya setelah 20 tahun perang.
Aset negara yang disimpan di luar negeri telah dibekukan, sementara harga pangan dan lapangan kerja meningkat, memicu peringatan bencana kemanusiaan begitu musim dingin tiba.
Baca Juga: Dampak Krisis Ekonomi, Warga Afghanistan Rela Nikahkan Anak Gadisnya demi Dapatkan Imbalan