Rudal Hipersonik China Kejutkan Intelijen AS, Duta Perlucutan Senjata: Kami Sangat Prihatin

- 20 Oktober 2021, 20:55 WIB
Duta Perlucutan Senjata AS Robert Wood menghadiri Konferensi Perlucutan Senjata di PBB di Jenewa, Swiss 16 Mei 2017.
Duta Perlucutan Senjata AS Robert Wood menghadiri Konferensi Perlucutan Senjata di PBB di Jenewa, Swiss 16 Mei 2017. /Denis Balibouse/Reuters

PR DEPOK – Amerika Serikat (AS) baru-baru ini memberikan tanggapan terkait China yang dikabarkan telah menguji coba rudal hipersonik berkapasitas nuklir.

Menurut duta perlucutan senjata AS, Robert Wood, AS sangat prihatin terkait perkembangan teknologi hipersonik China.

"Kami (AS) sangat prihatin dengan apa yang telah dilakukan China di front hipersonik," kata Robert Wood di Jenewa seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Guardian.

Baca Juga: Soroti Somasi Propeksos terhadapnya, Deddy Corbuzier: kok Anda Terkesan Merendahkan Penyapu Jalan Tol

The Financial Times melaporkan pada hari Sabtu bahwa Beijing telah meluncurkan rudal berkemampuan nuklir. FT mengklaim rudal hipersonik itu.

Robert Wood mengakui bahwa AS tidak tahu cara menghadapi rudal hipersonik China yang telah dikembangkan hingga saat ini.

“Kami hanya tidak tahu bagaimana kami bisa bertahan melawan jenis teknologi seperti itu. China atau Rusia juga tidak,” kata Robert Wood.

Baca Juga: Sebut Penolakan Nama Ataturk Cederai Rakyat Turki adalah Keliru, Hasmi Bakhtiar: Sosoknya Masih Jadi Polemik

Peluncuran rudal hipersonik tersebut telah membingungkan beberapa pengamat di Washington.

Bahkan menurut The Financial Times kemajuan China dalam mengembangkan rudal hipersonik telah mengejutkan intelijen AS.

Menurut seorang pejabat AS, pihaknya tidak tahu bagaimana China melakukan ini, meskipun AS memiliki teknologi yang sangat mirip dan lebih canggih, seperti pesawat ruang angkasa X-37B.

Baca Juga: Soal Konflik Yaman yang Tak Berkesudahan, PBB: Lebih dari 10.000 Anak Jadi Korban Perang

“Jika laporan FT itu benar, itu berarti China bersedia bekerja lebih keras dengan pendekatan eksotis untuk menembus pertahanan rudal AS,” katanya

Sementara itu, Drew Thompson, mantan direktur untuk China, Taiwan dan Mongolia di Kantor Menteri Pertahanan di AS, mengatakan bahwa Departemen Pertahanan dan komunitas intelijen telah memantau dan melacak berbagai program rudal China “selama bertahun-tahun”.

“Tanpa transparansi dalam program luar angkasa China, sulit untuk membuat penyangkalan yang kredibel”

“Saya pikir perhitungan Biden (mengenai China) berubah beberapa waktu lalu. Ini hanya memperkuat kesimpulan,” ujarnya.

Baca Juga: Prediksi dan Head to Head Persebaya vs Persela: Bajul Ijo Incar Kemenangan Kedua Beruntun

Sebaliknya, China membantah telah merahasiakan uji coba rudal hipersonik pada bulan Agustus yang mengitari bumi pada orbit rendah sebelum sempit hilang target dan dikabarkan dibawa oleh roket Long March.

China menilai laporan itu tidak akurat, dan latihan itu merupakan ujian teknologi yang dapat digunakan kembali yang dapat mengurangi biaya peluncuran pesawat ruang angkasa.

"Menurut pemahaman saya, tes ini adalah tes pesawat ruang angkasa rutin, digunakan untuk menguji teknologi pesawat ruang angkasa yang dapat digunakan kembali. Ini bisa memberikan cara yang nyaman dan murah bagi manusia untuk menggunakan ruang angkasa untuk tujuan damai," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.

Baca Juga: Disomasi Propeksos karena Diduga Menghina Pekerja Sosial, Deddy Corbuzier: Silakan Lanjut ke Jalur Hukum

Sebagai informasi, rudal hipersonik dapat terbang lebih dari lima kali kecepatan suara dan seperti rudal balistik dapat mengirimkan hulu ledak nuklir.

Adapun rudal hipersonik dapat bermanuver, sehingga membuatnya lebih sulit untuk dilacak dan dipertahankan.

Negara-negara termasuk AS telah mengembangkan sistem untuk bertahan melawan rudal jelajah dan balistik, tetapi kemampuan mereka untuk melacak dan menjatuhkan rudal hipersonik tetap dipertanyakan.

Baca Juga: Stefan William dan Celine Evangelista Resmi Bercerai, Ramalan Mbak You Benar-benar Terwujud?

Bersama dengan China, AS, Rusia, dan setidaknya lima negara lain sedang mengerjakan teknologi hipersonik.

Sedangkan China telah secara agresif mengembangkan teknologi tersebut.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x