Dewan Keamanan PBB Serukan Akhiri Konflik di Ethiopia dengan Gencatan Senjata

- 6 November 2021, 11:55 WIB
Ilustrasi kehidupan di Ethiopia.
Ilustrasi kehidupan di Ethiopia. /Pixabay/12019

Ketegangan politik selama berbulan-bulan antara pemerintah Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dan para pemimpin Front Pembebasan Rakyat Tigrayan (TPLF), yang pernah mendominasi pemerintah Ethiopia, meledak menjadi perang pada November 2020.

Setelah beberapa pertempuran paling sengit dalam konflik, tentara Ethiopia melarikan diri dari ibu kota Tigray, Mekelle, pada Juni lalu.

Baca Juga: Anies Baswedan Bungkam Saat KPK Usut Formula E, Guntur Romli: kalau Ada Bau Busuk Emang Gitu

Dalam beberapa pekan terakhir, konflik telah meluas melampaui perbatasan Tigray, ke wilayah tetangga Amhara dan Afar.

Pasukan Tigrayan, yang beraliansi dengan Tentara Pembebasan Oromo, mengatakan mereka merebut kota-kota utama di jalan raya utama menuju ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, dan mengancam akan berbaris ke arahnya.

Sementara Pemerintah Ethiopia menuduh pasukan Tigrayan membesar-besarkan keuntungan teritorial mereka.

Baca Juga: Kondisi Tukul Arwana Mulai Membaik, Vega Darwanti: Insya Allah Secepatnya Ingin Jenguk

Sebagian besar Ethiopia utara berada di bawah pemadaman komunikasi dan akses bagi wartawan dibatasi, membuat klaim medan perang sulit untuk diverifikasi secara independen.

Di tengah meningkatnya kekhawatiran internasional atas prospek perang habis-habisan di negara terpadat kedua di Afrika, angkatan bersenjata federal telah mengimbau pensiunan tentara dan veteran untuk bergabung kembali dengan militer, menetapkan batas waktu 24 November untuk mendaftar.

Dalam seminggu terakhir, pemerintah juga telah mengumumkan keadaan darurat selama enam bulan dan pemerintah setempat mengatakan kepada warga sipil di ibu kota untuk mendaftarkan senjata mereka dan bersiap untuk mempertahankan lingkungan mereka.

Halaman:

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x