Sungai di India secara Misterius Berubah Menjadi Hitam, Ribuan Ikan Ditemukan Mati

- 11 November 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi sungai Himalaya yang mengalir melalui negara bagian Arunachal Pradesh di India.
Ilustrasi sungai Himalaya yang mengalir melalui negara bagian Arunachal Pradesh di India. /vjgalaxy/Pixabay

PR DEPOK - Ribuan ikan di India ditemukan mati setelah sungai Himalaya yang mengalir melalui negara bagian Arunachal Pradesh di timur laut secara misterius berubah menjadi hitam.

Perubahan warna sungai Kameng yang tiba-tiba menjadi hitam memicu kepanikan, mendorong pemerintah setempat untuk melarang warganya masuk ke dalam air.

“Begitu kami mendapat informasi, kami segera mengeluarkan imbauan yang melarang penangkapan ikan, penjualan, dan konsumsi ikan apapun yang bersumber dari sungai Kameng”

Baca Juga: Kolaborasi dengan TikToker Indrakenz, Paris Pernandes Rilis Lagu 'Salam dari Binjai'

“Kami juga telah mengeluarkan imbauan yang meminta masyarakat untuk tidak pergi ke sungai untuk tujuan apa pun, termasuk berenang, mandi, atau tujuan rekreasi,” ujar Pravimal Abhishek Polumatla, wakil komisaris Distrik Kameng Timur, India sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Independent pada Kamis, 11 November 2021.

Diketahui, perubahan warna pertama kali terlihat pada akhir Oktober. Dugaan awal pihak berwenang, perubahan air sungai menjadi hitam akibat tanah longsong.

Sementara itu, penduduk setempat awalnya khawatir kejadian itu terkait dengan kegiatan konstruksi oleh China di seberang perbatasan.

Baca Juga: China Tolak Taiwan Gabung CPTPP, Ketegangan Jelang APEC Makin Meningkat

“Kami melakukan pemeriksaan fisik sungai secara cepat, hingga 30 hingga 40 kilometer hulu, dan kami menemukan banyak endapan lumpur dan pengendapan pohon di sepanjang bantaran sungai, dan tingkat keruhnya sangat tinggi"

“Jelas itu adalah tanah longsor. Tetapi apa yang menyebabkan longsoran itu gempa bumi atau bukan, adalah sesuatu yang belum terjawab," ujar Polumatla.

Dilaporkan, pihak berwenang juga melakukan survei udara pada pekan lalu untuk mendapatkan data primer.

Baca Juga: Twibbon Hari Ayah Nasional 2021 Gratis, Bisa Dibagikan di Media Sosial Anda

Tetapi sumber yang diduga dari tanah longsor berada di dekat gletser yang terletak di bawah gunung Kyarisatam yang tertutup salju di perbatasan India-Tibet, tidak dapat diakses saat itu.

"Tidak bisa diakses karena awan tebal dan hujan lebat," jelas Polumatla.

Selain itu, pihak berwenang juga bekerja dalam koordinasi dengan peneliti independen untuk memastikan penyebab, serta dampak dari kekeruhan yang tinggi pada keanekaragaman hayati lokal.

“Analisis awal yang dilakukan oleh departemen perikanan kami pada hari pertama menunjukkan bahwa kadar oksigen sangat rendah”

Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Desak Pembentukan Kerja Sama Global untuk Atasi Konflik Asia-Pasifik

"Serendah 2 miligram per liter, sementara seharusnya dalam kondisi normal sekitar 8 miligram per liter”

“Karena terlalu banyak tanah liat dan puing-puing yang masuk ke dalam air dan kekeruhan yang tinggi, banyak ikan mati,” kata Polumatla.

Profesor Punyasloke Bhadury, kepala Pusat Studi Iklim dan Lingkungan di IISER Kolkata, telah membantu pihak berwenang memastikan tingkat kerusakan sistem sungai.

Baca Juga: Olivia Nathania Diperiksa sebagai Tersangka Kasus Penipuan CPNS, Ini Penjelasan Pihak Kepolisian

Dia menjelaskan proses kekeruhan air sungai membatasi penetrasi sinar matahari, yang pada gilirannya memengaruhi seluruh ekosistem.

“Ini berdampak pada populasi organisme fotosintesis mikroskopis yang bertanggung jawab untuk mengubah karbon dioksida terlarut menjadi karbon kompleks serta menghasilkan oksigen. Dan kemudian menopang populasi ikan sungai," ujar Profesor Bhadury.

Pihak berwenang setempat juga telah mengirim sampel ikan ke laboratorium untuk pengujian guna menyingkirkan kemungkinan segala jenis keracunan.

Baca Juga: Karyawannya Buka Kargo Motor Ducati hingga Picu Kemarahan, MGPA: Sangat Menyesal, Ini di Luar Kendali Kami

“Di daerah berbukit, ada tanaman tertentu yang bisa memiliki efek beracun pada kehidupan air. Dengan begitu zat beracun bisa masuk ke rantai makanan dan mempengaruhi kehidupan manusia,” ujar Polumatla.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah