Rancangan kesepakatan itu mencakup persyaratan bahwa negara-negara menetapkan janji iklim yang lebih keras tahun depan dalam upaya untuk menjembatani kesenjangan antara target mereka saat ini.
Selain target tersebut, pemotongan yang jauh lebih dalam yang menurut para ilmuwan diperlukan dekade ini juga akan dibahas untuk mencegah bencana perubahan iklim.
Baca Juga: Mulai 13-18 November 2021 Zodiak Berikut Akan Mengalami Patah Hati, Cek Zodiak Anda Sekarang!
Sementara itu, Menteri Hutan dan Perubahan Iklim Gabon Lee White mengatakan pembicaraan berada di jalan buntu, bahkan Amerika Serikat dengan dukungan dari Uni Eropa menahan pembicaraan.
White mengatakan ada kurangnya kepercayaan antara negara-negara kaya dan miskin atas pembayaran dari negara-negara kaya kepada negara miskin untuk kerusakan akibat dampak terburuk dari pemanasan global.
Arab Saudi yang merupakan produsen minyak dengan penghasil bahan bakar fosil terbesar kedua di dunia, mengatakan rancangan terbaru itu bisa saja diterapkan.
Delegasi Saudi, Ayman Shasly, mengatakan negaranya akan menjaga dari setiap perubahan yang membiaskan keseimbangan Perjanjian Paris 2015.
Kesepakatan akhir akan membutuhkan persetujuan bulat dari hampir 200 negara yang menandatangani kesepakatan Paris.
Rancangan proposal Jumat pagi dari ketua pertemuan COP26 meminta negara-negara untuk mempercepat penghapusan pembangkit listrik tenaga batu bara dan subsidi yang tidak efisien untuk bahan bakar fosil.