NATO Tegaskan Tidak akan Kompromi terhadap Rencana Agresi Rusia ke Ukraina

- 27 Januari 2022, 15:30 WIB
Bendera negara-negara anggota NATO.
Bendera negara-negara anggota NATO. /

PR DEPOK - Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO menegaskan bahwa pihaknya tidak akan berkompromi pada potensi ekspansi Rusia ke Ukraina, Georgia, maupun negara bekas Uni Soviet lainnya.

Menurut Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, hal ini karena bertentangan dengan prinsip utama Aliansi Atlantik Utara itu.

Tanggapan aliansi tersebut, yang menurut Stoltenberg disetujui oleh 30 anggota, telah disampaikan ke Moskow oleh duta besar Amerika Serikat, bersama dengan catatan tertulis terpisah dari Washington.

Baca Juga: Bukan Messi atau Ronaldo, Ini Jawaban Erling Haaland saat Ditanya Siapa Pemain Terbaik di Dunia

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari RT News pada Kamis, 27 Januari 2022, Stoltenberg menguraikan tiga topik dasar yang disinggung oleh tanggapan NATO tersebut.

Topik pertama adalah membangun kembali hubungan diplomatik antara NATO dan Rusia meski secara eksplisit Stoltenberg menyalahkan Rusia atas putusnya hubungan.

Selanjutnya adalah kesiapan NATO dalam keterlibatannya terhadap dialog dan mendengarkan dengan seksama kekhawatiran Rusia sambil menghormati hak setiap negara untuk menentukan aturan keamanannya sendiri.

Baca Juga: Cara Cek Daftar Penerima Bansos 2022 Online Lewat HP untuk Cairkan Bantuan Anak Sekolah hingga Rp4,4 Juta

Sementara itu, Rusia juga diminta untuk menahan diri dari rencana agresinya yang ditujukan kepada sekutu NATO dan menarik diri dari Ukraina, Georgia, dan Moldova.

Di sisi lain, Ukraina menegaskan bahwa Moskow menduduki secara ilegal Krimea, yang memilih untuk bergabung kembali dengan Rusia setelah kudeta 2014 di Kiev.

Rusia juga mengakui kemerdekaan dua wilayah Georgia yang memisahkan diri yang coba direbut Tbilisi dengan paksa pada 2008 dan telah mempertahankan pasukan penjaga perdamaian di wilayah Transnistria Moldova yang disengketakan sejak tahun 1991.

Baca Juga: Ferry Irawan Klaim Dirinya Digilai oleh Ibu-Ibu, Reaksi Venna Melinda Tuai Sorotan, Cemburu?

Ketiga aera kerja sama ini mungkin akan didaftarkan Stoltenberg pada perjanjian yang lebih luas dengan melibatkan pengurangan risiko dan perjanjian transparansi mengenai latihan, serta proposal pengendalian senjata.

Sejak 2001, Amerika Serikat secara sepihak keluar dari perjanjian rudal anti-balistik (ABM), perjanjian Open Skies, dan perjanjian kekuatan nuklir jarak menengah (INF), mengklaim tanpa bukti bahwa Rusia melanggarnya.

“Solusi politik masih mungkin, tetapi, tentu saja, Rusia harus terlibat dengan itikad baik,” ujar Stoltenberg yang menuduh Moskow 'agresi' terhadap Ukraina sejak 2014.

Baca Juga: Bakal Hadapi Persikabo 1973, Persib Bandung Diminta untuk Tetap Menjaga Fokus

Stoltenberg bersikeras bahwa NATO adalah aliansi defensif dan tidak mencari konfrontasi.

Namun di sisi lain, ia berulang kali mengatakan bahwa aliansi itu tidak dapat dan tidak akan berkompromi pada prinsip-prinsip seperti hak setiap negara untuk bergabung.

Ditanya tentang keengganan yang dilaporkan beberapa anggota NATO, Stoltenberg menyatakan bahwa semua sekutu ikut serta dan semuanya telah setuju.

Baca Juga: Menghilang karena Derita OCD, Aliando Syarief: Wah, Rasanya Kayak Berantem Sama Pikiran Sendiri

Presiden Kroasia secara terbuka mengatakan akan menarik semua pasukan dari NATO jika terjadi perang di Ukraina, sementara Jerman dilaporkan telah menolak penggunaan wilayah udaranya untuk pengiriman senjata Inggris ke Kiev.

Stoltenberg juga meyakinkan bahwa NATO memiliki rencana yang dapat diaktifkan dalam waktu sangat singkat jika Rusia menyerbu Ukraina.

Dengan elemen utama 5.000 tentara dari Pasukan Respons NATO (NRF) pimpinan Prancis dalam siaga tinggi, dan 8.400 tentara Amerika Serikat pada kesiapsiagaan tinggi.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: RT News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x