Rwanda Gunakan Drone untuk Tangkap Pelanggar Aturan Lockdown

- 18 April 2020, 10:30 WIB
BEBERAPA orang terlihat sedang mengantre di Rwanda.*
BEBERAPA orang terlihat sedang mengantre di Rwanda.* /Reuters/

PIKIRAN RAKYAT - Rwanda menggunakan kecanggihan teknologi drone untuk memberi tahu penduduk ibu kota Kigali tentang aturan lockdown virus corona dan membantu menangkap para pelanggar.

Rwanda masih didominasi pedesaan dengan kepadatan penduduknya merupakan salah satu yang tertinggi di Afrika.

Di Rwanda terdapat tiga kelompok yakni Hutu, Tutsi, dan Twa serta Kristen adalah agama mayoritas di Rwanda dan bahasa utamanya adalah Bahasa Kinyarwanda.

Di samping itu, kini Rwanda juga terdampak penyebaran virus corona yang telah menyebar ke 213 negara di dunia.

Baca Juga: Selama Pandemi Virus Corona, Undang-undang Klux Klux Klan Ditangguhkan 

Upaya-upaya untuk pencegah penyebaran virus terus dilakukan. Salah satunya di Rwanda yang memakai drone untuk membantu pemerintah memantau kota dan warganya.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari situs Reuters, penggunaan drone dibarengi dengan polisi yang menghentikan mobil dan pejalan kaki untuk menanyakan alasan mereka keluar rumah.

Sedangkan dua drone berdengung di atas mereka. Sebuah instruksi disiarkan dengan keras dengan bantuan drone tersebut.

"Drone diterbangkan ke daerah-daerah di mana pos pemeriksaan tidak dipasang dan polisi tidak berpatroli," kata juru bicara kepolisian Rwanda, John Bosco Kabera.

Baca Juga: Sepi karena Lockdown, Kawanan Singa Kuasai Jalan Raya dan Tidur Santai di Tengah Jalan 

Salah satu pelanggar ditemukan berkat bantuan drone tersebut, yakni seorang pendeta yang berpura-pura berada di jalan untuk memberikan wawancara radio, namun sebenarnya dia sedang menuju gereja meski ada larangan pertemuan massal.

Dia kemudian ditangkap dan ditahan selama beberapa hari karena pelanggarannya tersebut.

Dalam kasus lain, seorang pria yang telah mengantongi izin untuk memasok makanan ditemukan malah mengangkut minuman keras.

"Di rumah saja. Itulah yang kami tegakkan," ujar juru bicara kepolisian itu.

Baca Juga: Selebgram 'Zombie Angelina Jolie' Berjuang Lawan Virus Corona selama di Penjara Iran 

Seperti kebanyakan negara di Afrika, Rwanda mencatat kasus virus corona yang relatif rendah. Sejauh ini, hanya 138 yang dikonfirmasi, tanpa kematian.

Tetapi, kekhawatiran pandemi tersebut ditakutkan akan memperburuk keadaan di benua termiskin di dunia itu dalam beberapa bulan ke depan.

Di samping itu, Rwanda telah lama bercita-cita menjadi pusat teknologi regional, maka dari itu penggunaan drone di sana untuk membantu menegakkan hukum selama pandemi terbilang unik.

Dari daerah kumuh India hingga pedesaan Inggris, sejumlah negara mengerahkan drone untuk menyiarkan aturan, memeriksa pergerakan, dan bahkan menyemprotkan disinfektan.

Baca Juga: NASA Temukan Planet Baru Mirip Bumi yang Cocok untuk Manusia 

Rehema Kanyana (50), seorang ibu di Rwanda, mengatakan bahwa dia hanya meninggalkan rumah satu kali sejak lockdown diberlakukan pada tanggal 21 Maret 2020.

Dia keluar untuk mengambil uang tunai dan membawa salah satu anaknya ke rumah sakit tetapi sempat diberhentikan karena aturan yang ketat.

"Dalam perjalanan ke rumah sakit, polisi menghentikan kami sekitar empat atau lima kali," katanya.

Tinggal di rumah itu sulit bagi banyak orang yang kekurangan makanan meski ada pemberian bantuan dari negara," kata Rehema Kenyana.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x