"Di mana pun Anda tinggal, Covid-19 belum selesai," katanya, dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Channel News Asia.
"Ilmu pengetahuan memberi kami alat untuk memerangi Covid-19; jika mereka dibagikan secara global dalam solidaritas, kita dapat mengakhiri Covid-19 sebagai darurat kesehatan global tahun ini," tambahnya.
Hanya 0,4 persen dari 4,7 miliar tes Covid-19 yang dilakukan secara global selama pandemi telah digunakan di negara-negara berpenghasilan rendah.
Sementara itu hanya 10 persen orang di negara-negara tersebut yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
Baca Juga: 7 Cara Mudah Menangani Orang Sulit, Salah Satunya Jangan Membela Diri
WHO mengatakan ketidaksetaraan yang luas tidak hanya merenggut nyawa dan merugikan ekonomi, tetapi juga mempertaruhkan munculnya varian baru yang lebih berbahaya bahkan membuat populasi yang sangat divaksinasi mundur beberapa bulan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa mengatasi pandemi berada dalam jangkauan tahun ini, tetapi harus bertindak sekarang.
"Jika kita ingin memastikan vaksinasi bagi semua orang untuk mengakhiri pandemi ini, pertama-tama kita harus menyuntikkan keadilan ke dalam sistem," katanya.
"Ketidaksetaraan vaksin adalah kegagalan moral terbesar di zaman kita dan orang-orang serta negara membayar harganya," tandasnya