Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dilaporkan telah menelepon Raja Salman pekan lalu untuk membicarakan berbagai masalah Timur Tengah.
Menurut laporan, pembicaraan keduanya termasuk memastikan stabilitas pasokan energi global.
Namun, pernyataan telepon dari Raja Salman menyoroti peran perjanjian OPEC yang telah ada, dengan mengatakan penting untuk tetap berpegang pada pakta tersebut.
Tahun lalu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Rusia, aliansi yang disebut OPEC, membuat pakta yang akan meningkatkan produksi setiap bulan sebesar 400.000 barel per hari.
Arab Saudi berpotensi mendorong harga minyak dunia lebih rendah karena hanya memompa sekitar 10 juta barel minyak per hari, kurang dari kapasitas penuhnya yang 12 juta barel per hari.
Joe Biden telah berulang kali meminta negara-negara Teluk untuk memompa lebih banyak minyak dalam upaya mengurangi harga bensin dunia.
Bahkan seruan Joe Biden semakin meningkat akibat harga minyak mengancam untuk naik lebih tinggi di tengah penumpukan pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina.
Terhitung pada Rabu lalu, minyak mentah Brent, patokan minyak internasional, mencapai Rp1,43 juta per barel untuk pertama kalinya sejak tahun 2014.