Pakar Kajian Strategis Rusia Asal Israel Sebut Tujuan Utama Vladimir Putin Bukan Ukraina

- 25 Februari 2022, 12:35 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin.
Presiden Rusia Vladimir Putin. /Reuters/Sputnik/Alexei Nikolsky/

Kedua, setiap gerakan Rusia menyatukan unsur militer dan non-militer.

Dalam tiga bulan terakhir, Rusia secara bertahap meningkatkan penggunaan kekuatan di seluruh sektor seperti diplomasi, propaganda, dunia maya, konsentrasi kekuatan dan yang paling ekstrem adalah nuklir.

Baca Juga: Cara Daftar PKH Online 2022 Lewat HP di Aplikasi Cek Bansos, Dapatkan BLT Anak Balita 0-6 Tahun Rp3 Juta

Ketiga, tentara Rusia tidak sama seperti dulu kala. Sejak 2008, tentara Rusia telah mengalami reformasi organisasi yang signifikan yang telah menghasilkan sebuah organisasi yang kuat dengan gabungan intelijen dan militer.

"Apa yang akan kita lihat dalam beberapa hari mendatang adalah upaya mereka untuk mengulangi keberhasilan mereka (tentara Rusia) di Suriah, dengan kekuatan dua kali lipat," tuturnya.

Keempat, berkaitan dengan trauma sejarah Rusia. Dalam pidatonya baru-baru ini, Vladimir Putin sering menyebut dua kegagalan besar yakni invasi Jerman pada 1941 dan runtuhnya Uni Soviet 1991.

Baca Juga: Di Tengah Invasi Rusia ke Ukraina, 9 Pesawat Jet Tempur China Masuk Zona Pertahanan Udara Taiwan

"Rusia memiliki traumatik yang sangat mendalam. Dua insiden buruk itu telah hidup dan selalu menjadi momok bagi mereka," katanya.

Kelima, Rusia ingin dan terus berusaha keras untuk menunjukkan kepada dunia, khususnya Amerika Serikat dan sekutunya bahwa mereka telah meningkatkan keamanan nasionalnya.

“Vladimir Putin ingin dikenang dalam sejarah. Di sisi lain, Amerika Serikat tidak bisa membiarkan menyerah begitu saja"

Halaman:

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Haaretz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah