Terlibat dalam Pencarian Vaksin Virus Corona, Indonesia Ikut ‘Solidarity Trial’

- 17 Mei 2020, 22:00 WIB
ILUSTRASI vaksin virus corona.*
ILUSTRASI vaksin virus corona.* /Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Indonesia telah mendaftar untuk mengikuti program uji coba global (solidarity trial) untuk vaksin Virus Corona atau COVID-19 yang dikoordinasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"WHO akan menyusun protokol (mengenai uji coba vaksin), rasanya sudah final, nanti akan disebarkan. Kita sudah mendaftarkan diri untuk solidarity trial vaccine ini," kata koordinator nasional WHO di Indonesia, Irmansyah seperti dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari Antara.

Menurut dia, sebagaimana uji coba obat-obatan COVID-19, solidarity trial untuk vaksin bertujuan mempercepat proses pemeriksaan dan penentuan vaksin untuk penyakit akibat Virus Corona jenis baru (SARS-CoV-2).

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Azan Magrib Jakarta dan Sekitarnya, Minggu 17 Mei 2020

Umumnya, proses pengembangan vaksin butuh waktu sekitar belasan tahun, sementara menurut Irmansyah, saat penentuan vaksin Ebola, peneliti membutuhkan waktu kurang lebih empat tahun.

"COVID-19 ini ditemukan mungkin akhir tahun lalu, dan (virus) berhasil diisolasi mungkin awal tahun ini atau akhir tahun lalu, dan vaksin itu sudah ditargetkan tidak lebih dari satu tahun atau tahun ini," Irmansyah yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

“Itu adalah percepatan yang luar biasa, sangat menjanjikan," ujarnya.

Baca Juga: Donald Trump Ancam Putus Hubungan dengan Tiongkok karena Virus Corona, Kritikus: Itu Hanya Alibi

WHO, melalui laman resminya menyebutkan, saat ini ada sekitar 120 vaksin yang telah diusulkan dari berbagai negara di dunia untuk COVID-19.

Namun, hanya enam vaksin yang telah memasuki uji klinis dan 70 lainnya masih menjalani evaluasi praklinis. Uji klinis merupakan tahapan vaksin dapat diuji coba ke manusia.

Menurut dokumen yang disusun WHO, beberapa vaksin telah digunakan untuk penyakit sejenis seperti MERS, SARS, Influenza, Tuberkulosis, dan beberapa penyakit lain, seperti Ebola, Chikungunya, Zika, MenB, Flu A, Hepatitis C, dan H7N9.

Baca Juga: Pasien Tertua Berusia 108 Tahun di AS Berhasil Sembuh dari Virus Corona

Merujuk pada dokumen yang sama, produsen vaksin merupakan perusahaan bioteknologi dan institut yang beberapa di antaranya berasal dari Tiongkok, Inggris, Amerika Serikat, Swedia, Jepang, Kanada, Italia, India, Jerman, Spanyol, dan Rusia.

Sementara di Indonesia, salah satu badan usaha milik negara, PT Bio Farma, juga berupaya mengembangkan vaksin dengan bekerja sama dengan lembaga riset dalam negeri melalui konsorsium nasional Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT), Lembaga Eikjman, serta lembaga riset luar negeri, kata Direktur Operasi PT Bio Farma, M Rahman Roestan, pada sesi seminar yang sama.

“Salah satu pendekatan untuk pengembangan vaksin COVID-19 ini yang pertama adalah mencari partner dari luar negeri untuk mendapatkan transfer teknologi,” tuturnya.

Baca Juga: PSBB Jawa Barat: Polemik Perpanjangan, Konfirmasi Penambahan Kasus hingga Peringatan dari WHO

Dia mengatakan, kini pihaknya bekerja sama dengan institut riset, salah satunya dengan CEPI (Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi) di Norwegia. Selain itu dia juga sedang mencari yang sudah siap, salah satunya manufacturer produsen vaksin di Tiongkok.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x