Merasa Malu hingga Menyesal, Warga Rusia Ramai-Ramai Tolak Invasi: Maafkan Kami Ukraina!

- 28 Februari 2022, 11:10 WIB
Ilustrasi warga Rusia yang menolak invasi oleh Putin ke Ukraina.
Ilustrasi warga Rusia yang menolak invasi oleh Putin ke Ukraina. /Reuters/Christian Mang

PR DEPOK – Invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina tidak sepenuhnya didukung masyarakat Moskow.

Mereka bahkan menyesalkan dan menyatakan rasa malunya atas serangan Rusia terhadap Ukraina sejak Kamis, 24 Februari 2022 yang diperintahkan oleh Vladimir Putin.

Dua warga Rusia Alexandar dan Anna, menyatakan rasa malu, kesedihan dan putus asa setelah negaranya menginvasi Ukraina.

Baca Juga: Presiden Ukraina Minta Bantuan WNA untuk Ikut Bertempur Bersama Rakyatnya Perangi Rusia

Mereka pun menyampaikan permohonan maafnya kepada Ukraina atas tindakan militer yang dilakukan negaranya.

Alexandar dan Anna pun yakin, saudara mereka ikut dikerahkan sebagai Garda Nasional Rusia yang ikut dalam invasi setelah menjalani latihan di Krimea, yang merupakan bagian dari wajib militer.

"Saya dengan tegas menentang perang ini dan saya ingin segera mengakhirinya. Hati saya tertuju kepada orang-orang Ukraina, kepada mereka yang telah meninggal, menderita, dan yang berada di zona konflik," kata Alexandra yang bekerja di bidang perhotelan ini.

Baca Juga: Merasa Diancam NATO, Vladimir Putin Perintahkan Militer Rusia Siapkan Penangkal Senjata Nuklir

Sebagai bentuk keprhatinan atas invasi yang dilakukan negaranya terhadap Rusia, Alexander dan beberapa warga Rusia, mendatangi kedutaan Ukraina di Moskow.

Mereka beramai-ramai meletakan bunga di seberang kedutaan yang telah dipagri kawat berduari dan dijaga oleh barikade yang sangat ketat.

Warga juga meninggalan sejumlah karton berwarna biru dan kuning yang merupakan warna bendera Ukraina bertuliskan “Maafkan Kami”.

Alexandra menuturkan, seluruh teman-temannya menentang perang, tetapi sebagian besar orang Rusia, termasuk orang tuanya, mendukung invasi tersebut.

Baca Juga: Kemenkes Kembali Terbitkan Surat Edaran Covid-19 tentang Vaksinasi Booster

"Orang tua saya tinggal di provinsi. Mereka menonton televisi dan propaganda mempengaruhi mereka, mereka berada dalam kekosongan informasi ... Kami berdebat setiap hari," kata dia.

Sementara, Anna mengaku setiap hari melayangkan protes invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina, meskipun ia terancam ditahan .

"Tidak ada yang mengatur kami sekarang. Mereka semua dipenjara atau dicap sebagai ekstremis... Kami melewatkan momen ini," katanya.

Baca Juga: Uni Eropa Siapkan Sanksi 'Lapis Ketiga' untuk Rusia yang Menyasar Industri Perbankan

Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Reuters pada Minggu, 28 Februari 2022, Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014, dan memulai invasi skala penuh sejak empat hari lalu.

Invasi Rusia terhadap Ukraina pun memicu respons politik, strategis, ekonomi, dan perusahaan Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam jangkauan dan koordinasinya.

Di Rusia, polisi setidaknya menangkap hampir 6.000 orang yang melakukan protes anti-perang sejak invasi berlangsung.

Namun, belum ada informasi jajak pendapat tentang pandangan publik tentang invasi tersebut. Tetapi, peringkat Presiden Vladimir Putin tinggi dan mayoritas diperkirakan mendukungnya.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah