Dia menyebut uji coba rudal tersebut tidak dapat diterima karena dilakukan ditengah momen invasi Rusia ke Ukraina dan Olimpiade Beijing.
"Peluncuran ini dilakukan pada saat masyarakat internasional sedang menghadapi invasi Rusia ke Ukraina, dan juga ketika Paralimpiade Beijing diadakan dan itu tidak dapat diterima," kata Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Channel New Asia.
Nobou Kishi menilai, langkah Korea Utara mengembangkan teknologi peluncuran misilnya bukan hal yang bisa dibabaikan Jepang dan negara sekitarnya.
Baca Juga: 4 Hal yang Harus Dihindari agar Laptop Awet, Salah Satunya Jangan Mengecas Terlalu Lama
"Langkah signifikan di mana Korea Utara mengembangkan teknologi peluncuran misilnya bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan oleh negara kita dan kawasan sekitarnya," imbuhnya.
Kishi mengatakan proyektil Korea Utara mencapai ketinggian 550 km dan terbang sejauh 300 km.
Sementara itu, seorang rekan di Wilson Center bernama Jean Lee berpendapat bahwa pengujian rudal Korea Utara itu mungkin terasa aneh.
Pasalnya, uji coba tersebut dilakukan saat dunia tengah fokus dengan Ukraina yang diserang Rusia.
“Waktu pengujian rudal Korea Utara mungkin tampak aneh bagi kami, mengingat fokus global pada Ukraina,” kata Jean Lee, di Twitter.