Covid-19, Polio, dan Kolera Diprediksi Melonjak selama Perang di Ukraina

- 16 Maret 2022, 19:30 WIB
Ilustrasi pengungsi Ukraina yang mungkin menyebabkan lonjakan penyakit menular.
Ilustrasi pengungsi Ukraina yang mungkin menyebabkan lonjakan penyakit menular. /Reuters/Stoyan Nenov/

PR DEPOK - Ukraina kini telah babak belur akibat perang yang dipicu oleh invasi Rusia sejak 24 Februari 2022 lalu.

Memasuki hari ke-21 perang di Ukraina, para dokter kini khawatir terhadap penyakit menular yang semakin melonjak di antara pengungsi.

Para dokter memprediksi penyakit seperti Covid-19, polio, kolera, dan campak telah meningkat di Ukraina selama perang.

Baca Juga: BLT Anak Sekolah Rp4,4 Juta Cair Maret, Cek Daftar Penerima Online Pakai KTP di cekbansos.kemensos.go.id

Kate White, seorang manajer program darurat untuk Doctors Without Borders, mengatakan  bahwa Ukraina sudah memiliki tingkat vaksinasi yang rendah terhadap penyakit-penyakit itu.

"Dalam hal apa yang kami sebut penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, status di Ukraina adalah bahwa populasi tidak divaksinasi sejauh Anda akan mendapatkan kekebalan kelompok seperti yang Anda lakukan di banyak negara Eropa lainnya atau di AS," kata White.

Dia menambahkan bahwa tekanan tambahan pada sistem perawatan kesehatan Ukraina karena perang selanjutnya akan menyebabkan penurunan besar dalam jumlah imunisasi rutin.

Baca Juga: Update Covid-19 Indonesia 16 Maret 2022: Konfirmasi Kasus Corona Baru Hari Ini Sebanyak 13.018

Beberapa ancaman, seperti penyebaran Covid-19 segera terjadi karena orang-orang berkerumun di ruang bawah tanah, stasiun kereta bawah tanah, dan tempat penampungan sementara untuk melindungi diri dari pemboman.

Tempat-tempat ini tidak memiliki akses air bersih dan sanitasi yang layak, yang menurut para dokter dapat menyebabkan peningkatan penyakit diare.

“Saya sangat, sangat khawatir untuk Ukraina. Pertama dan terpenting, bahwa ini dapat menyebabkan konflik jangka panjang yang akan menghancurkan sistem kesehatan sepenuhnya,” Lucica Ditiu, direktur eksekutif Stop TB Partnership di Jenewa, mengatakan kepada Nature.

Baca Juga: Syarat dan Cara Klaim Pembayaran JHT, Siapkan Kartu BPJS Ketenagakerjaan, KK, hingga Buku Tabungan

Pasukan Rusia memusatkan daya tembak mereka di Mariupol, di mana kondisinya 'tak tertahankan' dan 'hanya neraka', menurut White.

"Ukraina adalah negara terakhir di Eropa yang mengalami wabah kolera pada 2011, dan itu terjadi di Mariupol," katanya.

Humans Right Watch (HRW) baru-baru ini mengatakan dalam sebuah laporan bahwa Mariupol tidak memiliki akses ke air mengalir, listrik atau panas sejak 2 Maret, ketika pasukan Rusia mengepungnya.

Kota yang berpenduduk setengah juta jiwa itu terletak di muara Sungai Kalmius, yang memiliki tingkat polusi yang sangat tinggi, menurut Dana Margasatwa Dunia (WWF).

Baca Juga: Ramalan Zodiak Karier Hari Kamis, 17 Maret 2022: Capricorn, Prioritaskan Karier Saat ini

Instalasi pengolahan air di sini menggunakan listrik, yang telah diputus.

Anggota Doctors Without Borders mengumpulkan air hujan dan salju untuk menyediakan air bersih bagi penduduk kota.

Penembakan rumah sakit telah mengubah situasi menjadi suram karena ketersediaan pasokan medis sangat terpukul. Apotek juga kosong atau terpaksa ditutup dan orang-orang dengan penyakit kronis kehilangan akses ke obat-obatan mereka.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: NDTV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah