Alih-alih, Taliban mengatakan bahwa mereka akan tetap menutupnya sampai ada rencana untuk membuka kembali sekolah menengah.
Keputusan itu mengejutkan banyak orang, membuat para siswa menangis dan memicu protes kecil oleh perempuan di ibu kota Kabul.
Leputusan tersebut juga mendapat kecaman dari lembaga kemanusiaan dan pemerintah asing.
"Keputusan Taliban ini, jika tidak segera dibatalkan, akan sangat merugikan rakyat Afghanistan, prospek pertumbuhan ekonomi negara itu, dan ambisi Taliban untuk meningkatkan hubungan mereka dengan masyarakat internasional," ujar juru bicara itu.
Dalam sebuah pernyataan bersama, para menteri luar negeri Inggris, Kanada, Prancis, Italia, Norwegia dan AS, serta perwakilan tinggi Uni Eropa, mengatakan keputusan Taliban akan membahayakan prospek legitimasi kelompok itu.
Keputusan Taliban untuk menutup sekolah bagi anak perempuan terjadi setelah pertemuan oleh pejabat senior di kota selatan Kandahar, pusat kekuatan de facto gerakan itu dan jantung spiritual konservatif.
Sementara itu, pembicaraan yang direncanakan antara AS dan Taliban dirancang untuk mencakup isu-isu termasuk kemerdekaan bank sentral Afghanistan dan pencetakan uang kertas Afghanistan.
Direncanakan pula diskusi soal fasilitas pertukaran kemanusiaan untuk membebaskan uang tunai dan dana ratusan juta dolar yang saat ini disimpan di dana perwalian Bank Dunia yang diperuntukkan bagi sektor pendidikan Afghanistan.