Doktrin militer Rusia sebenarnya mengizinkan penggunaan senjata nuklir di medan perang taktis untuk mencegah kekalahan dalam perang darat di Eropa.
Hal ini pernah dibahas secara terbuka oleh mantan Presiden Rusia Dmitri Medvedev beberapa hari yang lalu.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Irak Elbrus Kutrashev mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Rusia meluncurkan operasi khusus di Ukraina karena memiliki informasi terpercaya yang telah disiapkan oleh Pemerintah Ukraina.
Baca Juga: Sufmi Dasco Protes Terawan Dipecat dari IDI: Bahaya bagi Dunia Kedokteran, Pemecatan Itu Tidak Sah
“Untuk menggunakan bom nuklir kotor terhadap wilayah, kepentingan, atau warga Rusia,” katanya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Jerusalem Post.
Dengan kekalahan Vladimir Putin, terpojok dan dipermalukan, artinya prospek ia dibunuh atau digulingkan meningkat.
Kondisi ini berpotensi meningkatkan konflik, karena Rusia berharap untuk menang dalam satu atau dua pukulan knock-out.
Maka dari itu, semakin banyak pejabat intelijen dan analis keamanan menjadi khawatir bahwa Vladimir Putin akan beralih dan segera beralih ke penggunaan senjata nuklir medan perang taktis.
Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-35: Negosiasi Damai Berjalan Positif, Tanda Perang Berakhir?
“Rusia telah mengubah dan menyesuaikan strategi nuklir Rusia untuk memenuhi keadaan barunya di dunia pasca-Perang Dingin,” catat sebuah studi Layanan Penelitian Kongres baru (CRS) baru yang dirilis pada 7 Maret.