Tidak hanya itu, Rusia juga menyangkal telah menargetkan warga sipil dalam serangan yang disebutnya operasi militer khusus di Ukraina.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bulan lalu bahwa ada risiko tinggi bahwa pembicaraan damai dengan Rusia justru akan berakhir karena kekejaman Rusia yang dilakukan saat mereka mundur dari bagian utara Ukraina di sekitar Kyiv.
Baca Juga: Swedia akan Umumkan Pilihannya Soal Keanggotaan NATO pada 15 Mei Mendatang
Intelijen Kementerian Pertahanan Inggris pada Senin pagi melaporkan bahwa persediaan amunisi berpemandu presisi Rusia kemungkinan telah habis.
"Pada awal invasinya ke Ukraina, Rusia secara terbuka mempromosikan kemampuannya untuk melakukan serangan bedah dan membatasi kerusakan tambahan, namun, karena konflik terus berlanjut di luar perkiraan Rusia sebelum perang, persediaan amunisi berpemandu presisi Rusia kemungkinan telah sangat habis,” bunyi laporan tersebut.
Hal Ini telah memaksa penggunaan amunisi yang sudah tersedia tetapi sudah tua yang kurang dapat diandalkan, kurang akurat, dan lebih mudah dicegat.
Baca Juga: Usai Demonstrasi Anti-Pemerintah Berminggu-minggu, Perdana Menteri Sri Lanka Mundur dari Jabatan
“Rusia kemungkinan akan berjuang untuk mengganti persenjataan presisi yang telah dikeluarkannya," tulis laporan itu.
Selain itu, invasi Rusia ke Ukraina telah mengungkapkan kekurangan dalam kemampuannya untuk melakukan serangan presisi dalam skala besar.
Rusia pun melanjutkan agresi bersenjata skala penuh untuk membangun kontrol penuh atas oblast (wilayah) Donetsk dan Luhansk dan menciptakan koridor darat antara daratan Rusia dan Krimea yang diduduki.