Sehingga pada waktu itu, berbagai organisasi di Iran yang berafiliasi dengan pemerintah, menyediakan hadiah jutaan dolar untuk membunuh Salman Rushdie.
Bahkan pada tahun 2016 lalu, kantor berita semi-resmi Fars Iran dan outlet berita lainnya menyumbangkan uang sebesar 600.000 dolar Iran, untuk menambah hadiah.
Baca Juga: Cair Agustus 2022, Simak Cara Daftar BPNT Kartu Sembako secara Online Lewat Aplikasi Cek Bansos
Seperti diberitakan bahwa sosok Salman Rushdie bukan penulis biasa, dia pun pernah menerbitkan sebuah memoar pada tahun 2012 tentang kehidupannya yang tertutup dan penuh rahasia.
Di bawah fatwa yang disebut Joseph Anton (nama samaran Salman Rushdie) yang ia gunakan saat berada dalam perlindungan polisi Inggris.
Kemudian dalam Novel keduanya, berjudul "Midnight's Children," memenangkan Booker Prize. Dia juga merencanakan menerbitkan Novel barunya berjudul "Victory City" pada bulan Februari mendatang.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dia terkejut mengetahui kabar bahwa Salman Rushdie ditikam saat menjalankan hak yang tidak boleh berhenti dipertahankan, tegasnya.
Baca Juga: 22 Link Twibbon Hari Pramuka ke-61 Tahun 2022 Desain Terkeren yang Cocok Dipasang ke IG, WA dan FB
Sementara itu, salah seorang penulis asal Aljazair, yang juga aktivis HAM bernama Anour Rahmani, yang hadir saat itu, ia mengatakan Salman Rushdie berada di New York barat untuk diskusi tentang Amerika Serikat yang memberikan suaka kepada seniman di pengasingan.
"Saya rasa, kami perlu mendapat perlindungan lebih di sana karena Salman Rushdie bukan penulis biasa,” ujar Anour Rahmani.