Seorang wakil pemerintah Bashagha mengatakan bahwa dia tidak ada hubungannya dengan kejadian Jumat di Tripoli.
Kelompok yang setia kepada Dbeibeh telah berhasil menguasai beberapa bangunan di Tripoli, tempat anggota kelompok yang setia kepada Bashagha bermarkas, lapor media lokal.
Bashagha meminta Dbeibeh untuk mengundurkan diri pada awal pekan ini.
Baca Juga: Belum Dapat BPNT Agustus 2022? Simak Penyebab Bansos Sembako Gagal Cair dan Cara Lapor Kendala
Bashagha juga menyarankan Dbeibeh untuk fokus pada pemilihan presiden mendatang.
Pada 1 Maret lalu, Dewan Perwakilan Rakyat Libya yang berbasis di Tobruk memilih kabinet baru yang dipimpin oleh Perdana Menteri yang ditunjuk Fathi Bashagha, yang sebelumnya menjabat sebagai menteri dalam negeri Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA).
Pemerintahan Persatuan Nasional sementara yang dipimpin oleh Abdul Hamid Dbeibeh, yang ditunjuk tahun lalu dalam proses yang didukung PBB, menyatakan penolakan untuk menyerahkan kekuasaan.
Sebelum pemilihan presiden, Dbeibeh enggan untuk mengalihkan kekuasaan di negara itu.
Baca Juga: Dana KJP Plus dan KJMU Masih Mengendap Rp82,9 M di Rekening Bank DKI, Wagub Riza: Itu Masalah Teknis
Pada hari Sabtu, lapor Xinhua, misi dukungan PBB di Libya menyatakan keprihatinan atas bentrokan yang sedang berlangsung, termasuk penembakan tanpa pandang di lingkungan berpenduduk sipil di Tripoli.