Network
PR DEPOK – Seorang pakar kerajaan mengomentari ketidakmunculan Pangeran Harry dan Meghan Markle dalam foto terbaru.
Pasalnya, dalam foto kerajaa tersebut, hanya tampak Raja Charles, Permaisuri Camilla, Pangeran William dan Kate.
Ahli kerajaan itu mengklaim bahwa ketidakmunculan Pangeran Harry dan Meghan Markle menunjukkan bahwa tidak ada jalan bagi pasangan tersebut untuk kembali aktif mengemban tugas kerajaan.
Foto itu diambil di Istana Buckingham tepat sebelum Charles dan Camilla menjadi tuan rumah resepsi Istana Buckingham untuk para pemimpin dunia pada malam pemakaman Ratu.
Baca Juga: Mahfud MD Umumkan Daftar Nama Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan
Harry dan Meghan tidak menghadiri resepsi ini, meskipun berada di Inggris pada saat itu, karena sejak mereka pindah ke AS, mereka bukan lagi anggota keluarga kerajaan yang bertugas.
Pasangan ini juga dikenal memiliki hubungan yang sulit dengan Raja dan Pangeran Wales.
Dan menurut pakar kerajaan Richard Kay, foto itu adalah sinyal lain peran kerajaan mereka sebelumnya sekarang berada di luar jangkauan.
Baca Juga: Pencairan BPUM 2022 Kapan? Login eform.bri.co.id untuk Cek Penerima Bantuan Rp600.000
"Pasti bukan kebetulan bahwa foto itu diambil ketika pasangan itu masih di Inggris dan beberapa hari sebelum mereka kembali ke rumah untuk anak-anak mereka Archie dan Lilibet,” katanya, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Mirror.
“Oleh karena itu, pasti ada tujuan yang lain. Sinyal bahwa mereka tidak akan pernah lagi kembali ke peran sentral mereka dalam kehidupan kerajaan.
"Di Amerika, mereka berada di pusat mereka sendiri. Tapi di Inggris, ada tatanan kerajaan baru, dan itu berputar di sekitar empat orang, bukan enam.
Baca Juga: Cara Cek BLT UMKM 2022 Online Pakai NIK KTP untuk Cairkan BPUM Rp600.000
"Ada finalitas tentang foto ini yang menunjukkan tidak ada jalan kembali bagi pasangan yang bisa saja menjadi pemain utama tetapi sekarang hanya pemain sampingan," jelasnya.
Rilis foto baru itu muncul di tengah laporan bahwa penasihat Raja Charles khawatir atas dampak memoar Harry yang akan datang pada masa pemerintahannya.
100 hari pertama menjadi raja dikatakan dilihat oleh tim Charles sebagai tonggak untuk mengatur nada kedaulatannya.
Baca Juga: Lembaga Indikator Politik Rilis Hasil Survei Tingkat Kepercayaan pada Polri terkait Kasus Brigadir J
Sama seperti setiap presiden petahana, jumlah hari yang tepat ini digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai seberapa efektif pemerintahan Raja.
Orang dalam kerajaan mengatakan 100 hari pertama sangat penting dan Charles mengerti bahwa dia tidak dapat menerima niat baik dari orang-orang begitu saja.
Namun, orang-orang yang dekat dengan Raja dilaporkan khawatir bahwa 'bom kebenaran' yang diungkapkan dalam buku Harry dapat merusak reputasi Raja selama periode ini.***
