Diberikan status pengungsi oleh Belgia pada tahun 1981, dia mencoba melakukan perjalanan ke Inggris untuk menemukan ibu kandungnya, yang dia yakini tinggal di Glasgow.
Baca Juga: AS Klaim Pelatih Militer Iran Telah Bantu Rusia untuk Lakukan Penyerangan ke Ukraina Lewat Drone
Dia membuang surat-surat identitasnya di atas kapal tujuan Inggris dengan keyakinan dia tidak akan lagi membutuhkannya, dan jatuh ke dalam limbo tanpa kewarganegaraan.
Berulang kali ditahan setibanya di Inggris dan dikirim kembali ke Belgia atau Prancis, dia akhirnya menyerah dan menetap di Bandara Charles de Gaulle pada Agustus 1988.
Pada tahun 1992, pengadilan Prancis memutuskan bahwa Nasseri telah memasuki bandara secara legal sebagai pengungsi dan tidak bisa dikeluarkan darinya.
Setelah ceritanya mendapatkan ketenaran selama bertahun-tahun, Nasseri ditawari kewarganegaraan pertama oleh Belgia dan kemudian Prancis, tetapi dia menolak dokumen tersebut karena tidak ditujukan kepadanya.
Baca Juga: Tanpa Ampun, Hakim Iran Bakal Jatuhkan Hukuman Berat bagi Provokator Unjuk Rasa Kematian Mahsa Amini
Bukan tanpa alasan Mehran Karimi Nasseri telah meninggalkan warisan Irannya dan mengklaim bahwa dia adalah warga negara Inggris yang lahir di Swedia.
Mehran Karimi Nasseri menolak untuk menandatangani namanya selain sebagai Sir Alfred Mehran, nama yang muncul di salah satu surat korespondensinya dengan otoritas Inggris.
Di Charles de Gaulle, dia dilaporkan menghabiskan sebagian besar waktunya di bangku merah di lantai bawah terminal 1, menolak sumbangan dan hadiah selain voucher makan sesekali dari staf bandara.