PBB: Warga Sipil Ukraina Hadapi Ujian untuk Bertahan Hidup

- 7 Desember 2022, 19:30 WIB
Puing-puing bangunan penyimpanan yang hancur di pusat pengolahan biji-bijian di Siversk, wilayah Donetsk, Ukraina.*
Puing-puing bangunan penyimpanan yang hancur di pusat pengolahan biji-bijian di Siversk, wilayah Donetsk, Ukraina.* /Reuters /Leah Millis

PR DEPOK - Kepala kemanusiaan PBB mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa serangan Rusia terhadap infrastruktur telah menciptakan kerusakan bagi warga sipil yang terisolasi, dan ditambah lagi, suhu di sekitar turun hingga titik beku.

Martin Griffiths, wakil sekretaris jenderal kemanusiaan, memerincikan catatan kematian yang meluas sejak invasi pertama Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, kepada Dewan Keamanan PBB.

Ia mengatakan situasi telah diperburuk oleh serangan Moskow baru-baru ini terhadap infrastruktur penting, yang menyebabkan jutaan orang tanpa akses ke mesin penghangat, listrik dan air, dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Aljazeera.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Berjalan Keluar Sendirian saat Portugal Merayakan Kemenangan 6-1 Atas Swiss

Lebih dari 14 juta orang kini terpaksa mengungsi dari rumah mereka di Ukraina, termasuk 7,8 juta orang yang mencari perlindungan di tempat lain di Eropa, kata Griffiths kepada dewan.

Sebanyak 17.023 warga sipil telah tewas, termasuk 419 anak-anak per 1 Desember. Mengutip data dari kantor hak asasi manusia PBB. Setidaknya ada juga 715 serangan terhadap fasilitas kesehatan.

“Akibat serangan terhadap infrastruktur sipil, orang-orang kehilangan perawatan kesehatan dan anak-anak kehilangan pendidikan. Di Ukraina hari ini, warga sipil terancam sulit untuk bertahan hidup.” kata Griffiths.

Baca Juga: Kesaksian Benny Ali: Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal Tiarap saat Penembakan Brigadir J

Dewan Keamanan PBB telah bertemu puluhan kali di Ukraina sejak Februari tetapi tidak dapat mengambil tindakan yang berarti.

Rusia adalah salah satu dari lima anggota di badan beranggotakan 15 negara yang memiliki hak veto, bersama dengan China, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat. Pada hari Selasa, beberapa diplomat mendesak pembicaraan damai.

“Mengingat kekacauan dan keputusasaan penduduk yang telah melemah akibat perang selama berbulan-bulan, tidaklah cukup untuk mengadakan lebih banyak pertemuan untuk menginformasikan masyarakat internasional tanpa pernah menawarkan alternatif asli untuk perang,” kata Wakil Duta Besar Gabon untuk PBB, Edwige Koumby Missambo.

Baca Juga: Ramalan Percintaan Zodiak Sagitarius, Capricorn dan Aquarius: Kamu Terbawa Perasaan

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzya berbicara tentang "kesediaan" Moskow untuk memulai negosiasi tetapi jika "akar penyebab" yang menyebabkan invasinya ditangani.

Moskow awalnya mengatakan misinya adalah untuk "merampas" Ukraina sehingga tidak bisa menjadi ancaman bagi Rusia, tetapi Kyiv dan sekutunya percaya niat sebenarnya Rusia adalah untuk menggulingkan pemerintah pro-Eropa Ukraina.

“Ukraina membutuhkan perdamaian dan Ukraina menginginkan perdamaian. Lebih dari negara lain. Wilayah kami telah diserbu,” kata Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya.***

Editor: Dini Novianti Rahayu

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x