Akibat Pandemi Virus Corona, Sejumlah Geisha di Jepang Khawatir Profesinya Akan Hilang

- 18 Juli 2020, 11:47 WIB
Ikuko yang berprofesi sebagai Geisha di distrik Aksaka Tokyo tengah menyisir wig yang kerap digunakan saat bekerja.*
Ikuko yang berprofesi sebagai Geisha di distrik Aksaka Tokyo tengah menyisir wig yang kerap digunakan saat bekerja.* /Reuters

Perempuan berusia 80 tahun itu mengatakan bahwa saat ini yang berprofesi sebagai Geisha hanya tersisa sekitar 20 orang di distrik Akasaka Tokyo.

Dengan adanya pandemi Virus Corona, kata dia, hal tersebut telah membuat banyak orang khawatir untuk menghabiskan waktu berjam-jam di kamar tradisional tempat para Geisha menghibur.

"Penghasilan kami turun ke nol. Aku punya sedikit persiapan, tapi sudah sangat sulit bagi yang lebih muda," kata Ikuko.

Lebih lanjut, Ikuko menyebutkan bahwa saat ini terdapat aturan baru yakni tidak boleh menuangkan minuman untuk pelanggan atau menyentuhnya bahkan untuk berjabat tangan duduk pun di atur sejauh dua meter dan diwajibkan mengenakan masker meski kesulitan saat dikenakan dengan wig.

Baca Juga: Pesan Megawati Soekarnoputri untuk Calon Kepala Daerah: Kerja Keras dan Hadir di Tengah Rakyat 

"Ketika Anda duduk dekat, Anda dapat berbicara dengan perasaan dan gairah Anda datang. Tapi perasaan itu sudah berubah ketika Anda diwajibkan terpisah dua meter," ucapnya.

Sementara itu, seorang Geisha lainnya bernama Mayu (47) pun mengaku khawatir akan profesinya sebagai Geisha akan hilang sejak merebaknya pandemi Virus Corona.

"Saya hanya penuh kecemasan. Saya hanya bisa melihat foto-foto saya saat bekerja sebagai Geisha," katanya.

Lebih lanjuut, Mayu mengatakan bahwa dirinya pun sangat khawatir akan datang gelombang kedua pandemi Virus Corona.

Baca Juga: Resmi Maju dalam Pilkada Solo 2020, Gibran Rakabuming Ucapkan 'Terima Kasih' kepada Megawati 

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x