"Keganasan badai itu lebih buruk daripada badai salju tahun '77," tutur Poloncarz, mengacu pada badai tiga hari yang menewaskan hampir 30 orang puluhan tahun lalu.
Badai akhir pekan, yang menurut Gubernur New York Kathy Hochul akan dicatat dalam sejarah sebagai "Badai Salju '22" dan "badai salju abad ini", sekarang disalahkan atas 48 kematian di seluruh AS.
Di New York bagian barat, hawa dingin yang mematikan dikombinasikan dengan angin menderu dan salju "efek danau" yang lebat.
Hal ini terjadi akibat kelembapan yang diambil oleh udara dingin yang bergerak di atas air danau yang lebih hangat untuk menghasilkan kondisi yang berbahaya.
Badai salju membuat pengendara terlantar, sehingga mengakibatkan padamnya listrik untuk ribuan orang dan mempersulit kru darurat untuk menjangkau penduduk yang terjebak di mobil serta rumah mereka.
Dikabarkan, Ditjak Ilunga dari Gaithersburg, Maryland, sedang dalam perjalanan mengunjungi kerabat di Hamilton, Ontario, untuk Natal bersama putri-putrinya pada hari Jumat ketika SUV mereka terjebak di Buffalo, kota terbesar kedua di negara bagian itu.
Lantaran tidak dapat memperoleh bantuan, mereka menghabiskan waktu berjam-jam dengan mesin menyala dan diterpa angin, serta hampir terkubur salju.
Pada pukul 4 pagi (9.00 GMT) hari Sabtu, bahan bakar mereka hampir habis, yang Ilunga membuat putus asa. Dia lalu mengambil risiko dengan menerjang badai untuk mencapai tempat berlindung terdekat.