Network
Sumbangan telah mengalir dari semua lapisan masyarakat di Korea Selatan, mulai dari selebriti seperti Shin Min Ah, Park Seo Joon, Jay B GOT7, hingga direktur bisnis mendorong masyarakat untuk bergabung dalam upaya global. Kampanye penggalangan dana yang diselenggarakan bersama sejak Selasa lalu ini telah mengumpulkan lebih dari 2,8 miliar won (2,2 juta dolar AS) pada hari Minggu.
Presiden Yoon Suk Yeol mengunjungi Kedutaan Besar Turki di pusat Seoul Kamis lalu untuk menyampaikan belasungkawa dan menyumbangkan 32,61 juta won sebagai bagian dari kampanye penggalangan dana tersebut.
Dengan masih hangatnya dibahas update terbaru dari gempa Turki dan Suriah ini, di media sosial Instagram beredar viral gambar dari seorang yang diketahui merupakan ilustrator asal Korea Selatan bernama Myeong-Minho. Dalam gambar yang diunggah di akun pribadinya, @93.minho yang telah disukai oleh lebih dari 341,476 akun ini mendapatkan respons positif.
Dalam unggahan tersebut, digambarkan momen saat perang Korea dan saat evakuasi gempa Turki. Terdapat komentar yang membanjiri dan teringat akan kisah seorang tentara Turki dan gadis kecil asal Korea Selatan, Suleyman dan Ayla yang cukup dikenal luas lantaran kisahnya yang heroik dan memilukan.
Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Korea JoongAng Daily, Duta Besar Turki untuk Korea Selatan, Murat Tamer mengatakan bahwa dia merasakan "cinta persaudaraan" terhadap Korea dan berterima kasih kepada presiden atas bantuannya.
Turki secara luas disebut sebagai "negara saudara" oleh Korea Selatan karena telah mengirim pasukan selama Perang Korea 1950-53. Presiden menekankan bahwa wajar saja bagi Korea Selatan untuk membantu “saudara bangsa” karena Turki tidak ragu untuk mengirim tentaranya ke Semenanjung Korea ketika Korea Selatan diserbu oleh komunis Utara.
Untuk diketahui, ikatan sejarah antara Turki dan Korea Selatan dimulai pada 11 Agustus 1949. Alasan mengapa kedua negara ini memiliki ikatan yang kuat dan positif adalah karena Turki mengirim tentara ke Korea Selatan selama Perang Korea dan banyak dari mereka menjadi martir.
Tidak ada konflik antara kedua negara dalam hal politik karena mereka melihat satu sama lain sebagai negara pendamping dan melanjutkan persahabatan mereka, mengambil bagian dalam dialog politik reguler.
