Baca Juga: Daftar Mudik Gratis Lebaran 2023 Pakai Kereta Api, Ini Syarat dan Ketentuannya
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), anak-anak di sebagian besar negara mengalami kekerasan, intimidasi, dan diskriminasi.
Lebih dari 246 juta anak menderita kekerasan berbasis gender di dalam atau di sekitar sekolah setiap tahun, dan satu dari tiga anak mengalami intimidasi dan kekerasan fisik. Setengah dari remaja dunia melaporkan kekerasan dari teman sebayanya di sekolah.
Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari TeamBoma, berikut 11 negara dengan kasus perundungan terbanyak di dunia:
1. Austria
Baca Juga: Penyebab Laga Persebaya vs Arema FC Ditunda
Austria melaporkan jumlah kasus perundungan tertinggi secara global. Dilaporkan bahwa satu dari setiap lima pelajar mengalami perundungan. Tidak seperti negara lain, anak perempuan merupakan persentase korban yang lebih tinggi di Austria. Korban sering kali diejek tanpa henti atau dikucilkan dari kelompok sosialnya.
2. Estonia
Di urutan kedua adalah negara Estonia. Estonia baru-baru ini melaporkan jumlah kasus perundungan tertinggi kedua di dunia. Aksi perundungan sering kali terjadi di sekolah terutama pada usia 11 tahun.
Korban mengaku telah mendapatkan perundungan selama berbulan-bulan sebelum mereka memutuskan untuk berani berbicara.
3. Rusia
Kasus perundungan di Negeri Beruang Merah, Rusia terjadi karena merupakan budaya yang sudah mengakar dan dimulai dari para pemimpin mereka. Warga Rusia pun seolah terbiasa dengan hal tersebut.
4. Belgia
Hal yang menyedihkan tentang kasus perundungan di Negara Cokelat Belgia adalah sebagian besar korban tidak menerima dukungan dari orang tua mereka, bahkan setelah mereka mengungkapkan apa yang terjadi pada mereka di sekolah.
Baca Juga: Jadwal Lengkap BRI Liga 1 Pekan 28: Persija vs Persib dan Persebaya vs Arema FC Kembali Ditunda?
5. Portugal
Maraknya perlakuan intimidasi yang intensif di sekolah-sekolah yang ada di Portugal, membuat banyak siswa yang ditolak haknya untuk mendapatkan pendidikan. Ada beberapa korban yang memilih untuk bolos sekolah atau tinggal di rumah karena takut mendapat aksi perundungan.