Hasil Survei: Jepang Krisis Populasi Sebab Banyak Orang Dewasa Ogah Punya Anak

- 10 April 2023, 14:31 WIB
Dari hasil survei, Jepang krisis populasi sebab banyak orang dewasa tak ingin punya anak.
Dari hasil survei, Jepang krisis populasi sebab banyak orang dewasa tak ingin punya anak. /Instagram @tokyo

PR DEPOK – Hampir setengah dari orang yang belum menikah di bawah 30 tahun di Jepang, tidak tertarik untuk memiliki anak, atau bahkan menikah. Hal ini berdasarkan laporan dari survei yang dibuat oleh Rohto Pharmaceutical Co.

 

Survei tersebut menunjukkan tanda krisis populasi untuk negeri sakura itu. Survei yang dilakukan Rohto Pharmaceutical Co ini, menyertakan keterangan responden yang mengatakan bahwa, masalah ekonomi dan beban melahirkan dan mengasuh anak sebagai alasan mereka.

Dari jumlah 400 responden itu, berusia antara 18 hingga 29 tahun. Sebanyak 49,4 persen mengatakan mereka tidak menginginkan anak, persentase tertinggi dalam survei kertas putih kehamilan tiga tahunan terakhir yang dilakukan oleh Rohto Pharmaceutical Co.

Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa 53,0 persen pria dan 45,6 persen wanita tidak tertarik untuk menikah dan menjadi orang tua.

Baca Juga: Apa itu Father Hunger? Ini Dampak Buruknya Terhadap Kesehatan Mental Anak

Alasan yang disertakan antara lain biaya hidup yang tinggi dan kecemasan tentang masa depan Jepang.

Hasil survei yang dilakukan secara online itu dilakukan pada Januari 2023, setelah Pemerintah Jepang menunjukkan data jumlah bayi yang lahir di negara itu tahun 2022 turun di bawah 800 ribu sejak pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada tahun 1899.

Untuk membalikkan penurunan angka kelahiran di negara yang menua dengan cepat, pemerintah Jepang pada bulan April 2023 pun meluncurkan Badan Anak dan Keluarga untuk mengawasi kebijakan anak, termasuk dalam kasus pelecehan anak dan kemiskinan.

Survei perusahaan fiskal tahun 2022 juga menemukan bahwa, 48,1 persen pria dan wanita yang menikah ingin memiliki anak, dengan bekerja sama dengan upaya kesuburan pasangan mereka. Menurut penelitian itu juga, sebanyak 800 pasangan yang menikah berusia antara 25 dan 44 tahun.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Tempat Bukber di Yogyakarta Lengkap dengan Alamatnya, Dijamin Kids Friendly dan Instagramable

Angka tersebut menandakan adanya penurunan yang signifikan, dari 60,3 persen dalam survei fiskal 2020. Seorang pejabat perusahaan berspekulasi bahwa orang-orang menghabiskan lebih sedikit waktu dengan pasangan mereka, karena kehidupan berangsur-angsur kembali normal setelah pandemi COVID-19.

Diketahui saat COVID-19 melanda dunia termasuk Jepang, banyak karyawan yang WFH (Work From Home) atau juga diberhentikan sementara waktu.

Keadaan itu sempat memicu dinamika rumah tangga yang beragam, ada yang membuat harmonis karena selalu di rumah, ada juga yang membuat kegaduhan rumah tangga karena terlalu sering bersama.

Sehingga, memicu banyak orang lajang di Jepang yang berusia di bawah 30 tahun untuk lebih fokus meniti karir, dibandingkan membangun rumah tangga, berkeluarga, dan memiliki anak di rumah mereka.***

Editor: Tesya Imanisa

Sumber: Kyodo News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x