Polisi Menahan hingga 80 Orang Pelaku Kerusuhan di Prancis, Rata-rata Berusia Remaja

- 2 Juli 2023, 13:49 WIB
Polisi Prancis di antara ledakan kembang api selama berupaya mengamankan kerusuhan Nanterre, Paris, Prancis.
Polisi Prancis di antara ledakan kembang api selama berupaya mengamankan kerusuhan Nanterre, Paris, Prancis. /REUTERS/Gonzalo Fuentes/

Kerusuhan yang terjadi ini, telah menghidupkan kembali ingatan, tentang kerusuhan nasional di Prancis pada tahun 2005 yang memaksa Presiden Prancis saat itu, Jacques Chirac untuk mengumumkan keadaan darurat, setelah kematian dua orang pemuda tersengat listrik di gardu listrik, ketika mereka bersembunyi dari kejaran polisi.

Para pemain dari tim sepak bola timnas Prancis mengeluarkan pernyataan resmi yang mengajak masyarakat agar lebih tenang dan tidak berbuat rusuh.

"Kekerasan harus dihentikan untuk keluar dari masa berkabung dengan dialog, dan rekonstruksi," kata mereka di akun Instagram Kylian Mbappe.

Baca Juga: Prancis Bersiap untuk Kerusuhan di Malam Kelima, Warga: Miliki Warna Kulit Berbeda, Polisi Lebih Berbahaya

Grup suporter South Winners, kelompok supporter yang berpengaruh untuk klub Olympique de Marseille, meminta para pemuda untuk bersikap bijak dan menahan diri.

"Dengan bertindak seperti ini (kerusuhan), Anda telah mengotori ingatan Nahel dan juga memecah belah kota kami," kata Grup support South Winners.

Akibat kerusuhan yang terjadi di Prancis, membuat banyak acara dibatalkan, termasuk dua konser di Stade de France di pinggiran Paris. Sementara itu pemilik butik LVMH (LVMH.PA) Celine membatalkan pertunjukan pakaian pria 2024 pada hari Ahad ini. Hal itu disampaikan oleh Creative Director, Hedi Slimane di Instagram.

Baca Juga: Twitter Kenapa Trending? Sempat Down Gegara Kebijakan Baru Elon Musk, Kini Tak Bisa Bebas Baca Cuitan

Penyelenggara Tour de France menyampaikan, bahwa mereka siap beradaptasi dengan situasi yang terjadi di Prancis, saat acara balapan sepeda itu telah memasuki negara Prancis pada hari Senin dari Spanyol.

Untuk meredakan kerusuhan, pemerintah mendesak perusahaan media sosial untuk menghapus materi yang menghasut. Darmanin selaku Menteri Dalam Negeri Prancis telah bertemu dengan pejabat perusahaan media sosial seperti Meta, Twitter, Snapchat, dan TikTok. Snapchat mengatakan, tidak ada toleransi untuk konten yang mempromosikan tindakan kekerasan.

Halaman:

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah