Realitas orang, ekonomi, dan persepsi sosial mungkin berbeda dari pendapat sains, kata Grossi, mengakui ketakutan seputar pelepasan air radioaktif.
"Saya (Grossi) tidak memiliki solusi ajaib untuk keraguan dan kekhawatiran yang mungkin ada, tetapi kami memiliki satu hal, kami akan tinggal di sini bersama Anda selama beberapa dekade mendatang, sampai air (radioaktif) terakhir dilepaskan," kata Grossi.
Grossi akan mengunjungi pabrik Fukushima yang rusak pada hari Rabu, di mana dia akan meresmikan kantor IAEA di lokasi yang akan memantau pelepasan air radioaktif tersebut, yang diperkirakan akan memakan waktu sekitar 30 hingga 40 tahun.
Baca Juga: Kunjungi Papua Nugini, Presiden Jokowi Bahas Perbatasan hingga Perdagangan
Pemerintah Jepang ingin mulai melepaskan air radioaktif pada awal Agustus 2023, hal tersebut disampaikan oleh laman berita lokal, Nikkei pada hari Rabu ini.
Rencana pelepasan air radioaktif tersebut, masih memerlukan persetujuan resmi dari badan pengawas nuklir nasional, yang diharapkan dapat dikeluarkan pada hari Jumat pekan ini.
Beberapa negara tetangga, juga telah menyuarakan keprihatinan atas ancaman terhadap lingkungan, dengan China muncul sebagai pihak yang mengkritik paling besar.
Menteri luar Negeri Jepang, Yoshimasa Hayashi, sedang bersiap untuk bertemu dengan perwakilan dari China dan Korea Selatan pada pertengahan Juli 2023, di sela-sela KTT kelompok Asia Tenggara.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, juga mengatakan pada hari Selasa lalu, bahwa negaranya bertujuan untuk mendapatkan penerimaan baik di dalam negeri maupun internasional dengan dukungan IAEA.