Muncul Artikel 'Industri Batik Lokal Dibunuh', Warganet Malaysia Ungkap Alasan Suka Batik Indonesia

HM
- 1 September 2020, 23:52 WIB
Heboh sebuah televisi di China, Hinxua New TV membuat video dan mengklaim batik berasal dari China. Foto Ilustrasi
Heboh sebuah televisi di China, Hinxua New TV membuat video dan mengklaim batik berasal dari China. Foto Ilustrasi /argo/

PR DEPOK – Urusan batik nampaknya masih selalu menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet Malaysia.

Baru-baru ini, batik sempat menjadi trending topic Twitter di Malaysia, tepatnya pada 26 Agustus lalu usai beredarnya unggahan gambar hasil tangkap layar artikel berjudul "Industri Batik Lokal Dibunuh,” yang tayang pada 12 Maret 2019 di portal media setempat bernama Berita Harian.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari The Vocket, dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa industri batik lokal telah dibunuh oleh orang Malaysia sendiri karena sebagian besar anak mudanya lebih tertarik memakai batik Indonesia.

Bahkan mengenakan batik buatan Indonesia kini sudah berubah menjadi trend yang kerap digunakan di acara pernikahan, agenda pertemuan formal maupun kasual.

Fenomena tersebut mendadak jadi buah bibir bagi banyak warganet Malaysia. Mereka menilai bahwa harga, desain, dan bahan kain batik yang digunakan menjadi faktor yang membuat sebagian besar dari mereka lebih memilih membeli batik asal Indonesia.

Baca Juga: 10 Fakta Menarik Park Bo Gum, Pernah Ditangkap Polisi di Afrika Hingga Menabrakkan Mobil Sewaan

Bagi saya, desain dan ukuran Indonesia lebih menarik perhatian saya daripada batik Malaysia. Titik,” tulis akun @affiqto.

Batik Malaysia harus: 1. Terjangkau, 2. Slim fit, 3. Desain modern,” tutur akun @freakyputra.

Batik Malaysia harganya RM300 ++ tapi saya membeli batik indon RM150 ++. Ini semua tentang keterjangkauan. Anak-anak muda saat ini tidak mampu membelinya,” tulis akun @mishap_bella.

Sementara itu, Iman Tanita al Ghul dalam cuitannya mengaku cukup menyukai batik lokal Malaysia, namun kekurangannya pakaian tersebut sulit diakses bahkan cenderung dijual dengan harga tinggi. Dia menambahkan bahwa negara Indonesia memang sangat paham cara memasarkan batik dan membuatnya bisa dijual dengan harga terjangkau.

Perancang busana bernama Datuk Radzuan Radzwill mengatakan kepada Malay Mail, pelaku industri batik lokal harus memproduksi batik dalam skala besar.

Ia menambahkan, batik sebaiknya tidak hanya ditata untuk urusan dinas, melainkan pemerintah juga harus mempromosikan batik lokal Malaysia sebagai pakaian umum.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Pemimpin Bijaksana, Mantan Presiden India Pranab Mukherjee Meninggal Akibat Covid-19

Sementara itu, pendiri Butik Batik Amy Blair menjelaskan faktor harga masih menjadi perhatian konsumen Malaysia terlebih harga batik cap Indonesia jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan versi cetak tangan.

Nyaris serupa, Faizal Tehrani dalam wawancaranya dengan Malay Mail menyatakan bahwa lemahnya kebebasan desain menjadi faktor penyebab suramnya industri batik lokal Malaysia.

“Ya, batik Indonesia lebih pintar, lebih berani dan lebih kreatif. Saya menyalahkan Islamisasi. Desainer batik kami sangat peka dengan motif dan desain mereka"

"Misalnya karena Islam, motif tertentu yang muncul dengan simbol (binatang dan lainnya) tidak dicetak atau digambar. Motif dan desain bebas dari agama. Dengan kebebasan muncullah kreativitas," tutur peneliti dari Institut Dunia Melayu dan Tamadun Melayu (ATMA).***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Vocket


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x