PR DEPOK - Prajurit TNI yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (United Nations Interim Force in Lebanon/UNIFIL) mengantisipasi kemungkinan terburuk dampak konflik antara Israel dan Hamas Palestina.
Pasalnya, ketegangan terus meluas sampai perbatasan Lebanon-Israel pasca perang pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Ini mencakup Blue Line atau garis demarkasi yang memisahkan wilayah Israel dan Lebanon.
Untuk itu, prajurit TNI menggelar latihan agar dapat mengatasi kemungkinan terburuk dari konflik Israel dan Palestina.
Prajurit TNI menggelar latihan pada 1–3 November 2023. Materi latihan prajurit TNI di Lebanon ini mencakup pertahanan pangkalan, pertahanan udara, melawan sabotase bawah air, pengaturan marshalling area atau biasa disebut penempatan pasukan dan alutsista, embarkasi-debarkasi, evakuasi jalur udara, perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI), dan perlindungan pasukan (force protection).
Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Maritime Task Force (MTF) TNI Kontingen Garuda XXVIII-N UNIFIL Letkol Laut (P) John David Nalasakti Sondakh mengatakan, tujuan latihan ini untuk meningkatkan kesiapsiagaan prajurit TNI dalam menghadapi berbagai kemungkinan selama ketegangan berlangsung. Lebih-lebih apabila status kesiapsiagaan “Red Alert” dinaikan menjadi tingkat paling genting, yaitu “Black Alert”.
“Jika situasi semakin memburuk dan ada perintah penarikan pasukan, maka evakuasi melalui jalur laut ke Siprus menjadi opsi. Ini hanya berlaku apabila Bandara Rafic Hariri di Lebanon dan jalur darat statusnya tidak aman,” kata John David Sondakh pada Jumat, seperti dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Antara.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer Besok, 5 November 2023: Kejujuran Adalah Semboyan untukmu Kali Ini
Titik aman lainnya yang menjadi tujuan evakuasi adalah ibu kota Lebanon, Beirut.