Roket yang tidak menimbulkan ancaman diizinkan untuk mendarat di lahan kosong. Jika roket-roket itu menimbulkan ancaman, unit penembak rudal meluncurkan rudal penghadang untuk menembak jatuh roket-roket itu, dimana setiap alat peluncur berisi 20 rudal.
Baca Juga: 5 Warung Bakmi Paling Favorit di Purworejo yang Memangsa Hati Pecinta Kuliner
Menurut Institute for National Security Studies, sebuah lembaga pemikir di Tel Aviv (Israel), setiap rudal yang diluncurkan diperkirakan berharga sekitar 40-50 ribu dolar AS (sekira Rp624-780 juta).
Iron Dome Israel pada awalnya dibuat untuk menyediakan cakupan seukuran kota terhadap roket dengan jangkauan antara 4-70 km (2,5 -43 mil), tetapi para ahli mengatakan bahwa cakupan ini telah diperluas.
AS telah berinvestasi besar-besaran dalam sistem ini, membantu biaya pengembangan dan mengisi ulang sistem ini selama masa peperangan.
Iron Dome Israel ini menggunakan serangkaian baterai untuk menghidupkan sistemnya. Pada 2021, Israel memiliki 10 baterai yang tersebar di seluruh negeri, masing-masing mampu mempertahankan wilayah seluas 60 mil persegi (155 km persegi).
Apakah Iron Dome Israel terbukti efektif?
Pihak Israel mengklaim bahwa Iron Dome yang mereka miliki 90 persen efektif. Namun, sistem ini bisa kewalahan jika rentetan roket ditembakkan secara massal, sehingga memungkinkan beberapa roket lolos.
Dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, sistem Iron Dome Israel terbukti kewalahan, dimana Hamas mengatakan telah menembakkan sejumlah 5.000 roket dalam serangan awal.
Sebelumnya, dalam pertempuran pada Mei 2021, Hamas hanya menembakkan 470 roket yang berhasil dihadang oleh sistem Iron Dome Israel. Namun, serangan yang diluncurkan pada 7 Oktober 2023 lalu, jelas berbeda.