Pihak ASPI kemudian menggunakan metodologi berbasis sampel untuk membuat perkiraan yang kuat secara statistik dengan referensi silang dengan data sensus.
“Di samping upaya paksa lainnya untuk merekayasa ulang kehidupan sosial dan budaya Uighur dengan mengubah atau menghilangkan bahasa, musik, dan bahkan makanan Uighur"
Baca Juga: Incar Masyarakat Terdampak Covid-19, Berikut 126 Daftar Pinjaman Online Ilegal yang Terciduk OJK
"Kebijakan pemerintah Tiongkok juga secara aktif menghapus dan mengubah elemen kunci dari warisan budaya nyata mereka,” kata laporan ASPI.
Seperti diketahui, Tiongkok telah mendapatkan tuduhan dari berbagai pihak atas tindakan pelanggaran hak asasi manusia terhadap muslim Uighur di Xinjiang.
Tiongkok dituduh telah menahan lebih dari satu juta Muslim Uighur dan Turki di kamp-kamp konsentrasi.
Namun tuduhan ini disangkal oleh Beijing dengan mengatakan bahwa kebijakan yang diterapkan di Xinjiang terhadap muslim Uighur adalah untuk melawan terorisme dan ekstremisme agama.
Pihak Beijing juga menegaskan bahwa kamp-kamp konsentrasi tersebut bukanlah paksaan dan merupakan program tenaga kerja untuk mengentaskan kemiskinan.***