Penelitian Terbaru Mengungkapkan Orang Berkacamata Memiliki Risiko Lebih Rendah Terpapar Covid-19

HM
- 27 September 2020, 16:43 WIB
Ilustrasi kacamata.
Ilustrasi kacamata. /Pixabay

PR DEPOK - Sebuah penelitian terbaru di Tiongkok mengungkapkan bahwa orang-orang yang menggunakan kacamata memiliki risiko lebih rendah tertular Covid-19.

Penelitian yang dipublikasikan di JAMA Ophthalmology itu mengamati sejumlah pasien berkacamata yang dirawat di rumah sakit usai merebaknya virus corona di Wuhan sejak Desember 2019 lalu.

Gina menyelidiki lebih lanjut, para peneliti mengumpulkan data tentang pemakaian kacamata dari semua pasien dengan Covid-19 sebagai bagian dari riwayat kesehatan mereka.

Baca Juga: Halo Matahari Terjadi di Jawa Timur, Simak Penjelasan Terkait Proses Terbentuk dan Penyebabnya

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Science Alert mereka menemukan bahwa hanya 5,8 persen atau 16 dari 276 pasien positif Covid-19 selama periode 27 Januari sampai 13 Maret 2020 keenam belas pasien tersebut adalah mereka yang memakai kacamata selama lebih dari delapan jam sehari.

Saat para peneliti menentukan semua pasien ini rabun dekat, mereka selanjutnya mencari proporsi orang dengan rabun dekat atau miopia di Provinsi Hubei, di mana rumah sakit itu berada.

Dalam penyelidikannya, mereka menemukan data yang lebih besar yaitu 31,5 persen.

Dalam arti lain risiko paparan Covid-19 terhadap orang dengan rabun dekat (miopia) 5 kali lebih kecil dari pada orang yang bermata normal dan tidak memakai kacamata.

Baca Juga: Dua Jarum Diketahui Tertanam dalam Otak Usai Jalani CT Scan, Wanita 29 Tahun Akui Tak Pernah Pusing

Dosen senior di Universitas di Universitas Portsmouth, Simon Kolstoe menyebut penelitian ini sebagai pengamatan yang menarik meski hasilnya perlu pendalaman lebih lanjut.

Meskipun pelindung mata selalu menjadi komponen penting dari alat pelindung diri (APD), besarnya perbedaan yang dilaporkan oleh penelitian ini menimbulkan kecurigaan.

“Kami tak bermaksud untuk mengatakan hasilnya tidak nyata. Tetapi kita tidak boleh menyarankan perubahan perilaku berskala besar, sampai sudah dikonfirmasi secara independen,” kata Kolstoe.

Kolstoe juga menjelaskan salah satu celah yang memungkinkan virus masuk ke dalam tubuh.

Sementara sebagian besar tubuh kita ditutupi dengan kulit pelindung, yang sangat efektif untuk mencegah virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh manusia.

Dia juga menyebut adanya “selaput” yang menutupi saluran udara yang terdapat pada sistem pencernaan dan area mata.

Baca Juga: Soal Informasi Tsunami Setinggi 20 Meter Resahkan Warganet, BMKG: Berpotensi Belum, Tentu Terjadi

“Peran selaput tipis ini adalah untuk memungkinkan benda-benda eksternal seperti oksigen, makanan, dan dalam kasus mata, cahaya masuk ke dalam tubuh kita, dan sayangnya, virus telah belajar memanfaatkan titik masuk ini,” ujar Kolstoe.

Kolstoe mengatakan atas dasar inilah alasan APD dirancang untuk melindungi titik masuk virus yakbi melalui penggunaan masker wajah, kacamata, dan pakaian pelindung.

Selain masuk melalui udara sebagai aerosol, cara utama partikel virus mencapai tubuh yaitu melalui tangan.

Maka dari itu ada anjuran mencegah Covid-19 dengan sering mencuci tangan selama 20 detik atau lebih dan menghindari sentuhan terhadap wajah.

“Oleh karena itu, masuk akal bahwa menutup mata dengan kacamata dapat memberikan perlindungan ekstra, baik dari virus yang mungkin terbawa napas orang lain, tetapi juga untuk mencegah pemakainya menyentuh mata mereka,” ujarnya.

Baca Juga: 6 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Membeli Masker, Mulai dari Kacamata Hingga Kumis dan Janggut

Meski studi baru ini sangat menarik, terdalat banyak alasan untuk tidak menjadikan penelitian ini sebagai anjuran dan tetap berhati-hati dengan hasilnya.

“Kami tentu membutuhkan lebih banyak data sebelum saran apapun dapat diberikan tentang memakai kacamata di samping pelindung wajah,” tutur Kolstoe.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Science Alert


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x