Buntut Tewasnya Guru yang Tampilkan Kartun Nabi Muhammad, Massa Gelar Aksi Dukungan di Prancis

- 19 Oktober 2020, 13:11 WIB
Ilustrasi demonstrasi.
Ilustrasi demonstrasi. /niekverlaan/Pixabay

PR DEPOK  Ribuan warga melakukan aksi untuk membela guru serta kebebasan berekspresi pada Minggu, 18 Oktober 2020, usai seorang guru sejarah, Samuel Paty, tewas ditikam oleh pelaku yang diduga seorang islamis pada Jumat, 16 Oktober 2020, di Prancis.

Sepanjang Paris hingga Lyon, Marseille, dan Lille, kerumunan besar tak henti-hentinya menyuarakan dukungan mereka dengan bertepuk tangan, mengheningkan cipta sejenak, serta menyanyikan lagu kebangsaan.

Menanggapi kasus penikaman terhadap seorang guru sejarah ini, Perdana Menteri, Jean Castex, pun turut menunjukkan dukungannya.

Baca Juga: Depresi Akibat Kesulitan Belajar Daring, Seorang Siswi SMA Rekam Aksi Bunuh Dirinya

Kamu tidak menakuti kami. Kami tidak takut. Anda tidak akan memecah belah kami. Kami adalah Prancis!” tulis Castew melalui akun Twitter pribadinya, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

Diberitakan sebelumnya, Paty, guru sejarah berusia 47 tahun ini tewas di luar sekolah tempatnya mengajar di pinggiran Kota Paris, akibat serangan seorang remaja berusia 18 tahun.

Paty sebelumnya diketahui menampilkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya saat kelas tentang kebebasan berekspresi berlangsung.

Baca Juga: Siap Menutup Seluruh Bisnisnya di Indonesia, Ini Alasan Maskapai Air Asia X

Insiden ini sontak menyulut amarah sejumlah orangtua murid yang beragama islam karena penggambaran Nabi Muhammad menurut kepercayaan mereka adalah sebuah penghinaan.

Terkait dengan pembunuhan guru sejarah ini, pihak kepolisian setempat telah menembak mati penyerang segera setelah melancarkan serangannya tersebut.

Polisi juga telah menahan 11 orang yang diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Baca Juga: Soal Mobil Dinas, Nurul Ghufron: Menurut Peraturan, KPK sebagai Aparatur Negara Memang Difasilitasi

Sementara itu, ribuan orang yang berkumpul di sejumlah wilayah di Paris, Prancis, nampak mengenakan masker dan membawa tulisan-tulisan yang berbunyi “Mengajar ya, berdarah tidak” atau “Aku adalah Charlie” yang mengacu pada peristiwa serangan kantor percetakan majalah Charlie Hebdo, pada 2015 lalu.

“Kami di sini untuk membela Republik, nilai-nilai Republik: Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan, dan Sekularisme. Kami dapat merasakan bahwa bangsaini terancam,” ujar Pierre Fourniou.

Sebelum serangan terjadi, Paty telah menuai amukan warganet di media sosial karena tindakannya yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad.

Baca Juga: Jika Joe Biden Menang di Pilpres AS Nanti, Donald Trump: Mungkin Saya Akan Meninggalkan Negara Ini

Atas insiden penyerangan ini, Pemerintah Prancis dikabarkan tengah mengerjakan strategi lebih baik untuk melindungi guru di negara tersebut dari ancaman kejahatan.

Mengenai hal ini, Presiden Prancis, Emmanuel Macron dijadwalkan mengadakan pertemuan keamanan dengan para menteri utama pada Minggu, 18 Oktober 2020, malam waktu setempat.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah