Sempat Sepakati Kerja Sama Baru, Kini Prancis Menjauh Usai Erdogan Tak Ucapkan Duka Soal Samuel Paty

- 26 Oktober 2020, 11:10 WIB
Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Presiden Recep Tayyip Erdogan. //PIXABAY//geralt

Menurutnya, Emmanuel Macron adalah sosok presiden yang tidak bisa memahami kebebasan berkeyakinan.

"Apa lagi yang bisa dikatakan pada seorang kepala negara yang tidak memahami kebebasan berkeyakinan, dan yang berperilaku seperti itu kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya juga merupakan anggota dari agama yang berbeda? Pertama-tama, sebaiknya lakukan pemeriksaan mental," ucap Erdogan.

Baca Juga: Prihatin dengan Cara Penanganan Covid-19, Fraksi PKS: Jangan Terburu-buru Seperti UU Cipta Kerja

Diketahui, Presiden Erdogan merupakan pemimpin muslim dari partai yang sudah memimpin Turki selama 18 tahun pasca mengambil alih negara berpenduduk 75 juta orang tersebut selama krisis politik dan kemerosotan ekonomi pada 2002.

Tak terima dengan pernyataan Erdogan itu, Emmanuel Macron lalu menarik dua Duta Besar Prancis dari Turki.

"Komentar Presiden Erdogan tidak bisa diterima. Kelebihan dan kekasaran bukanlah metode. Kami menuntut agar Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal," tutur seorang pejabat kepresidenan Prancis seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al-Jazeera, pada Senin 26 Oktober 2020.

Baca Juga: Vaksinasi Segera Dilakukan di Indonesia, Bamsoet: Jangan Terburu-buru, Pastikan Aman dan Halal Dulu

Pejabat Elysee, yang tak mau disebut namanya tersebut juga mengungkapkan bahwa Prancis telah mencatat tak adanya pesan belasungkawa dan dukungan terkait pembunuhan Samuel Paty dari Presiden Turki.

Padahal sebelumnya, Erdogan dan Emmanuel Macron sempat membahas ketidaksepakatan mereka dalam panggilan telepon bulan lalu, dan setuju untuk meningkatkan hubungan dan menjaga saluran komunikasi agar tetap terbuka.***

Halaman:

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x