Mantan PM Malaysia Sebut Muslim Berhak Marah dan Bunuh Jutaan Orang Prancis, Twitter Hapus Cuitannya

- 31 Oktober 2020, 09:46 WIB
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad.
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad. /Instagram/@chedetofficial/

PR DEPOK – Menanggapi pernyataan diskriminatif Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang mengatakan bahwa islam tengah mengalami krisis di dunia, serta pemenggalan seorang guru sejarah belum lama ini, sejumlah tokoh pemimpin dunia ikut menyuarakan kekesalannya.

Salah satunya adalah mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, atau dikenal sebagai Tun M.

Ia memutuskan untuk turut menanggapi pernyataan ofensif Emmanuel Macron melalui rangkaian cuitan di akun Twitter miliknya.

Baca Juga: KBRI Ankara Konfirmasi Tidak Ada WNI yang Jadi Korban dan Terdampak Langsung Gempa Bumi di Turki

“Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu,” tulis Tun M dalam cuitannya pada Kamis, 29 Oktober 2020, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari World of Buzz.

Akan tetapi, cuitan ini disembunyikan oleh pihak Twitter karena dianggap melanggar aturan platform media sosial tersebut dengan mengagungkan kekerasan.

Atas cuitannya yang disembunyikan Twitter, Tun M menjelaskan bahwa dia juga tidak membenarkan tindakan pembunuhan dan muslim juga tidak menerapkan perspektif mata ganti mata.

Baca Juga: Ikut Kampanyekan Protokol Kesehatan, Ibrahimovic: Anda Bukan Zlatan, Jangan Tantang Covid-19

Muslim tidak. Orang Prancis tidak boleh. Sebaliknya, Prancis seharusnya mengajari orang-orangnya untuk menghargai perasaan orang lain"

Karena Anda (Presiden Macron) telah menyalahkan semua muslim dan agama muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, maka muslim memiliki hak untuk menghukum Prancis,” tulis Tun M.

Boikot tidak dapat mengkompensasi kesalahan yang dilakukan oleh Prancis selama ini,” tulis anggota parlemen Langkawi itu melalui cuitan Twitter.

Baca Juga: DPR Minta Pemerintah Desak Freeport Tuntaskan Smelter, Jika Tidak Ekspor Konsentrat Ditangguhkan

Hingga saat ini, masih banyak kritik keras yang ditujukan kepada Presiden Prancis, Emmanuel Macron, usai sang presiden mengungkapkan dukungan terhadap kartun-kartun satir, yang salah satunya menunjukkan nabi Muhammad SAW.

Emmanuel Macron pun dengan tegas menyatakan perang terhadap separatis islam, yang lantas semakin memprovokasi umat islam.

Ketegangan yang terjadi antara Prancis dengan umat islam dipicu oleh tewasnya seorang guru sejarah bernama Samuel Paty, karena dipenggal oleh seorang remaja beragama islam.

Baca Juga: Komodo Bisa Musnah dari Habitatnya, Anggota DPD Sebut Pembangunan Wisata Premium Merusak Lingkungan

Pembunuhan ini dipicu oleh kekesalan akibat Paty mempertontonkan kartun Nabi Muhammad.

Atas kejadian tersebut, sejumlah serangan terjadi di Prancis, baik kepada penduduk yang non-muslim maupun penduduk muslim.

Salah satu serangan yang baru saja terjadi adalah serangan yang terjadi di Gereja yang terletak di Nice, selatan Perancis.

Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Terus Meningkat, BPPTKG Imbau Masyarakat Waspada Hujan Abu Vulkanik

Serangan tersebut menewaskan tiga orang warga sipil, dua di antaranya adalah seorang ibu dari tiga orang anak, dan seorang sipil gereja. Satu korban lainnya tidak disebutkan identitasnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: World of Buzz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah